Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2008

Kembang Zaman

Kembang-kembang zaman. Seorang muda memenungi hati, sedang matanya menatap hampa pada layar kaca yang coba menghibur dirinya. Ketika itu mega-mega terselubung sutra biru di kedalaman kencana hatinya. Dari langitnya turunlah beratus melati putih, bagai salju turun ke bumi hingga putihlah seluruh mukanya. Kemudian ia rasakan dingin yang menghunjam relung-relung mimpinya. Dalam kedinginan, aku nyatakan cintaku padamu, wahai gadis yang memiliki wajah sejuta bidadari. Menebar harum semerbak melati-melati diselubung cahaya yang memekarkan kembang-kembang zaman. Aku mengasihinya dengan cinta yang runtuhkan langit-langit keangkuhan masa. Laksana bidadari yang merenggut nafas abadi kehidupan dan melepas kelelahan perjalanan maut jiwa yang mati. Aku mencintaimu, gadis dengan biduri indah di rambut. Biuskan aku oleh keharuman budimu, yang melayangkan aku ke langit tujuh dan hempaskan aku ke buaian kasih abadi. Hilangkan akalku oleh keindahan rupa manismu yang datangkan lebah

PadaMu Tuhan

Sukma Cinta-ku Inilah doa-ku, yang bangkit dari sukma fajar kedalaman hatiku, Meratapi desah sendu pilunya batin, Dahaga akan pinta kasih darimu, Harapkan Melati indah mengembang, Manis mengecup sejuknya sinaran mentari, Hingga menyentuh denting kalbu yang kesunyian. Inilah mohon-ku, Pada Tuan meminta belas kasihan, Mengampuni diri bila mengasihi Dinda, Puspa t'lah terkirim lewat langit, Melalui teratai-teratai putih yang mengangkasa, Dijemput sang Bayu sampai di tujuan, Terbang bersama rama-rama yang indah bercahya, Lewati arus sungai-sungai, Di antar kegelapan malam dan benderangnya siang. Inilah sembah-ku, Yang kupanjatkan pada lorong-lorong rindu hatiku, Kusembahkan air tubuhku, Hingga kerontang rongga-rongga jiwaku, Sampai terenggut nafas cintaku yang hanya satu, Oleh manisnya racun senyumanmu, Derita dalam langkah jariku, Kebekuan dalam cairan otakku, Lidah pun mengelu hingga tak terucapkan kata-kata, Tinggalka

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju

Sebenarnya...

Sebenarnya apa sih kerjanya pemerintah kita? Mulai dari pejabat teras atas sampai ke dinas-dinas kedaerahan. Kedelai, bahan dasar pembuatan tahu dan tempe, makanan rakyat Indonesia sudah sejak lama harus dibantu oleh impor. Permasalahan ini sudah muncul sejak era Orba, sayangnya masih banyak masyarakat menilai itu masalah yang baru muncul. Begitu banyak jejak peninggalan Orba yang ibarat luka setitik dikulit kaki yang akhirnya sekarang berlubang dan membusuk. Sebenarnya apa kerja dinas-dinas pemerintah yang bertanggung jawab terhadap hal ini? Apakah hanya mengurus birokrasi dan administrasi? Mungkin. Kalau makanan rakyat seperti tahu dan tempe, pemerintah saja tidak becus mengurusnya, apalagi yang bisa diharapkan. Gonta-ganti pemerintahan pun sama saja, karena yang ditukar hanya pucuk-pucuk pimpinan, sementara masih banyak yang tak becus duduk di jajaran bawah dan lapangan. Apakah kerja pemerintah hanya menyusun undang-undang dan menambah daftar barang dan jasa untuk dikenai cukai paja

Seorang Umat yang Belajar Menjadi Muslim 18

pernah tertanya-tanya dalam pikiran, apa yang menjadi prasyarat seseorang untuk layak menjadi pendakwah? atau kesiapan-kesiapan apa yang sepatutnya dimiliki seorang alim ulama dan ustaz-ustazah untuk layak berdakwah? Y ang sudah biasa saya dengar adalah dari sudut moralitas akhlak dan berbagai ketentuan penguasaan ilmu islam dan bahasa arab. Yang sering dinomorduakan adalah kemampuan berargumentasi, logika nalar, dan daya persuasi dari sang pendakwah. Tanpa sengaja saya memang menyukai ulasan tentang ilmu fiqih, dan berbagai metode-metode kajian hadist dan tafsir Quran. Misalnya bagaimana syarat-syarat untuk mempelajari ilmu hadist dan tafsir Quran yang berlapis-lapis dan sangat ketat unsur keilmuannya dan dituntut ketelitian yang tinggi. Setelah sedikit merenung, sampailah saya pada sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang merupakan kerinduan seorang umat untuk mendapat petunjuk dari Allah melalui alim ulama,kalau bukan melalui kata-kata dari suaranya langsung, cukuplah kiranya buku