Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2006

MEMBACA KOMIK WAJAH KITA

Fenomena gerakan komik Indonesia untuk sementara waktu ini sarat diwarnai nuansa instanitas pelakunya, dimana setiap orang berkesempatan bebas mengadu peruntungan membuat komik dan menyebut dirinya seorang komikus tanpa harus melewati proses pembelajaran terlebih dulu. Kalau komikus dunia harus melewati proses magang sebelum berhasil menerbitkan sendiri komiknya, komikus Indonesia sudah bisa eksis bila sudah pernah melahirkan komik sendiri barang satu atau dua buah. Belum saatnya memperbandingkan kualitas komikus dunia dengan komikus lokal, meski demikian melalui riset kecil-kecilan melalui internet terdapat beberapa komikus lokal yang sudah berkesempatan unjuk gigi menjadi ilustrasi komik di penerbitan komik luar negeri. Latar belakang tiap-tiap komikus kadang melahirkan pandangan-pandangan ekstrim masing-masing dalam memandang rimba perkomikkan Indonesia , dari pandangan yang materialistik yang berorientasikan pasar, hingga yang idealistik mengekspresikan sisi individualisnya.

MEMBACA WAJAH KOMIK KITA

Bagaimana rupa dari wajah komik kita sekarang ini? Adakah ia mulai berbentuk dan semakin rupawan? Ataukah ia seperti wajah sang gadis yang tersembunyi di balik cadar? Adakah ia masih ragu-ragu atau kurang pede memperlihatkan wajahnya yang mungkin masih penuh jerawat? Membicarakan rupa dari wajah komik Indonesia , boleh dibilang berbicara tentang hal yang paling dilematis di negeri yang masih kesulitan minat baca dan daya beli buku. Meski tak bisa dipungkiri peminat dan pembeli buku komik jumlahnya cukup signifikan, namun hal itu bukan sesuatu yang menggembirakan karena belum dianggap bernilai positif dalam pandangan stereotip awam. Buat yang masih sempat mengecap kedigjayaan komik-komik lokal dibilangan tahun 60-an hingga 80-an, sudah barang tentu menemui banyak perubahan-perubahan yang signifikan dalam mengenali dunia perkomikkan nasional masa kini. Membacakan kisah-kisah komik di masa depan mungkin sudah akan menjadi alternatif pilihan bagi bagi para orangtua, meski sebenarnya ke

Tentang tjergam: Novel grafis asli Indonesia.

…tentang tjergam: sebuah pledoi. Percaya tidak percaya, pledoi ini datang dari sebuah ketidakpedulian, kesuuntukan dan ke-isengan belaka. Dengan keisengan itu sengaja diajukan disini sebuah argumen bahwa: "TJERGAM = GRAPHIC NOVEL = BANDE DESINEE" Komik menurut Thierry Groensteen, oleh Claude Beylie (1964) dan Francis Laccasin (1971) dan koleganya diperkenalkan sebagai `seni ke-sembilan', sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan komik ke dalam wacana senirupa, yaitu senirupa kesembilan, terserah tak menjadi soal siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan. Urutan bukan menjadi masalahnya, karena komik dikonotasikan sebagai seni kesembilan, itu saja. Sedikit pengulangan kembali, sebagaimana sudah diketahui (tp belum secara umum), bahwa menurut pengamat budaya, Arswendo Atmowiloto (1980-an di jurnal Kebudayaan), pernah menyebutkan bahwa lahirnya akronim `Tjergam' yang menjadi istilah komik klasik di indonesia berasal dari `Tjerita

Renungan Seorang Umat yang Belajar Menjadi Muslim 10

Perkuat Barisan: Sebuah Urgensi bagi umat Manusia untuk Menghadapi Konspirasi Global Apakah benar ada konspirasi global? Apa tujuannya? Saya tidak tahu. Saya juga tidak punya jawabannya. Tapi saya hanya merasakan, dan perasaan ini sangatlah subjektif. Tetapi apa salahnya dengan subjektifitas seperti ini? Kalau sekelompok orang boleh secara sepihak mendeterminasi pihak lain, sementara Saya tidak boleh, padahal saya tidak melakukannya untuk melukai atau mencederai orang lain. Dunia sudah melihat bagaimana kehancuran kemanusiaan akibat manusia sendiri, tetapi kesalahan yang sama jugalah yang dilakukan. Konflik berkepanjangan di jazirah Arab, peperangan sipil di Afrika, sampai perang ide dan keyakinan dimana-mana dari gossip sampai urusan religius adalah karena kelemahan manusia sendiri. Kekuatan yang manusia dapatkan adalah semata-mata karena Allah S.W.T, kalaulah Ia cabut semua kekuatan itu daripada diri manusia, bahkan seekor nyamuk pun dapat membunuh manusia. Sebagai Sang Maha Pencipt