Sebenarnya apa sih kerjanya pemerintah kita? Mulai dari pejabat teras atas sampai ke dinas-dinas kedaerahan.
Kedelai, bahan dasar pembuatan tahu dan tempe, makanan rakyat Indonesia sudah sejak lama harus dibantu oleh impor. Permasalahan ini sudah muncul sejak era Orba, sayangnya masih banyak masyarakat menilai itu masalah yang baru muncul. Begitu banyak jejak peninggalan Orba yang ibarat luka setitik dikulit kaki yang akhirnya sekarang berlubang dan membusuk.
Sebenarnya apa kerja dinas-dinas pemerintah yang bertanggung jawab terhadap hal ini? Apakah hanya mengurus birokrasi dan administrasi? Mungkin.
Kalau makanan rakyat seperti tahu dan tempe, pemerintah saja tidak becus mengurusnya, apalagi yang bisa diharapkan. Gonta-ganti pemerintahan pun sama saja, karena yang ditukar hanya pucuk-pucuk pimpinan, sementara masih banyak yang tak becus duduk di jajaran bawah dan lapangan. Apakah kerja pemerintah hanya menyusun undang-undang dan menambah daftar barang dan jasa untuk dikenai cukai pajak?
Dulu jaman Orba hanya ada satu Raja Diraja, sekarang dengan otonomi daerah dan maraknya pilkada, maka bertambahlah raja-raja kecil di seluruh nusantara. Mental birokrat yang seharusnya melayani masyarakat, dijaman Orba sudah dilatih utk menjadi sebaliknya. Rakyatlah yang melayani birokrat. Bukankah untuk mengurus KTP, surat-surat dan legalisir berbagai keperluan masyarakat harus nerimo apa adanya dan perlu merendahkan diri serta menyembah-nyembah supaya dilancarkan urusan (apalagi yang tidak punya duit untuk memperlancar urusan di birokrasi).
Gaji kecil (utk pegawai rendahan, gaji dirasa kecil karena kerja melelahkan, utk pegawai teras, gaji dirasa kecil dibandingkan dengan resiko jabatan) sudah biasa menjadi alasan untuk mencari duit sampingan dengan cara menekan orang yang dibawahnya. Seperti bisnis, untuk menjadi pejabat semakin tinggi kedudukan semakin besar modal yang diperlukan. Untuk itu setelah mendapatkan kedudukan maka upaya untuk mengembalikan modal dilakukan terlebih dulu. Ada yang menjadi tamah, sehingga sepanjang karir digunakan total untuk merauk keuntungan pribadi dan hampir tidak ada pembangunan berarti dan bermanfaat dilakukan untuk masyarakat.
Lebih lucunya lagi, ketika BPOM badan pengawasan obat dan makanan membuat pernyataan mengenai kasus susu bayi terkontaminasi bakteri berbahaya bahwa akan dilakukan penelitian terhadap susu-susu formula untuk MENENTRAMKAN masyarakat. Penelitian dilakukan karena adanya masukan peringatan dari IPB hasil penelitian para dosen disana terhadap berbagai merek susu bayi formula yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
"Menentramkan!?" betapa menggelikannya, kesibukan menelitii bertujuan untuk menentramkan masyarakat. Saya heran apa sebenarnya tugas pelayanan masyarakat dari badan kesehatan obat dan makanan ini? Bukankah seharusnya tugas mereka bukan menentramkan tetapi "MELINDUNGI" masyarakat dari produk-produk obat dan makanan yang berbahaya?
Tapi maklumlah, ini lah hasil pendidikan Orba. Masyarakat keracunan sampai mati barulah dianggap ada kasus, selama masyarakat konsumen masih sanggup hidup keracunan, selama itu pula dianggap tidak berbahaya. Rakyat Indonesia memang dibiarkan hidup untuk dibodohi.
Dua hal mendasar yaitu kebutuhan makanan dasar rakyat seperti kedelai, dan kebutuhan akan kesehatan, sama sekali tidak menjadi perhatian pemerintah kita. Memang sungguh malang, kita sebagai rakyat Indonesia mengalami cobaan sedemikian rupa. Memang cobaan terberat bagi rakyat Indonesia adalah diberikan cobaan berupa mendapatkan pemerintah yang tidak mampu berbuat apa-apa untuk rakyatnya. Mudah-mudahan tidak banyak pejabat kita yang suka main angkat sumpah demi meyakinkan massa pendukungnya. Amin.
Kedelai, bahan dasar pembuatan tahu dan tempe, makanan rakyat Indonesia sudah sejak lama harus dibantu oleh impor. Permasalahan ini sudah muncul sejak era Orba, sayangnya masih banyak masyarakat menilai itu masalah yang baru muncul. Begitu banyak jejak peninggalan Orba yang ibarat luka setitik dikulit kaki yang akhirnya sekarang berlubang dan membusuk.
Sebenarnya apa kerja dinas-dinas pemerintah yang bertanggung jawab terhadap hal ini? Apakah hanya mengurus birokrasi dan administrasi? Mungkin.
Kalau makanan rakyat seperti tahu dan tempe, pemerintah saja tidak becus mengurusnya, apalagi yang bisa diharapkan. Gonta-ganti pemerintahan pun sama saja, karena yang ditukar hanya pucuk-pucuk pimpinan, sementara masih banyak yang tak becus duduk di jajaran bawah dan lapangan. Apakah kerja pemerintah hanya menyusun undang-undang dan menambah daftar barang dan jasa untuk dikenai cukai pajak?
Dulu jaman Orba hanya ada satu Raja Diraja, sekarang dengan otonomi daerah dan maraknya pilkada, maka bertambahlah raja-raja kecil di seluruh nusantara. Mental birokrat yang seharusnya melayani masyarakat, dijaman Orba sudah dilatih utk menjadi sebaliknya. Rakyatlah yang melayani birokrat. Bukankah untuk mengurus KTP, surat-surat dan legalisir berbagai keperluan masyarakat harus nerimo apa adanya dan perlu merendahkan diri serta menyembah-nyembah supaya dilancarkan urusan (apalagi yang tidak punya duit untuk memperlancar urusan di birokrasi).
Gaji kecil (utk pegawai rendahan, gaji dirasa kecil karena kerja melelahkan, utk pegawai teras, gaji dirasa kecil dibandingkan dengan resiko jabatan) sudah biasa menjadi alasan untuk mencari duit sampingan dengan cara menekan orang yang dibawahnya. Seperti bisnis, untuk menjadi pejabat semakin tinggi kedudukan semakin besar modal yang diperlukan. Untuk itu setelah mendapatkan kedudukan maka upaya untuk mengembalikan modal dilakukan terlebih dulu. Ada yang menjadi tamah, sehingga sepanjang karir digunakan total untuk merauk keuntungan pribadi dan hampir tidak ada pembangunan berarti dan bermanfaat dilakukan untuk masyarakat.
Lebih lucunya lagi, ketika BPOM badan pengawasan obat dan makanan membuat pernyataan mengenai kasus susu bayi terkontaminasi bakteri berbahaya bahwa akan dilakukan penelitian terhadap susu-susu formula untuk MENENTRAMKAN masyarakat. Penelitian dilakukan karena adanya masukan peringatan dari IPB hasil penelitian para dosen disana terhadap berbagai merek susu bayi formula yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
"Menentramkan!?" betapa menggelikannya, kesibukan menelitii bertujuan untuk menentramkan masyarakat. Saya heran apa sebenarnya tugas pelayanan masyarakat dari badan kesehatan obat dan makanan ini? Bukankah seharusnya tugas mereka bukan menentramkan tetapi "MELINDUNGI" masyarakat dari produk-produk obat dan makanan yang berbahaya?
Tapi maklumlah, ini lah hasil pendidikan Orba. Masyarakat keracunan sampai mati barulah dianggap ada kasus, selama masyarakat konsumen masih sanggup hidup keracunan, selama itu pula dianggap tidak berbahaya. Rakyat Indonesia memang dibiarkan hidup untuk dibodohi.
Dua hal mendasar yaitu kebutuhan makanan dasar rakyat seperti kedelai, dan kebutuhan akan kesehatan, sama sekali tidak menjadi perhatian pemerintah kita. Memang sungguh malang, kita sebagai rakyat Indonesia mengalami cobaan sedemikian rupa. Memang cobaan terberat bagi rakyat Indonesia adalah diberikan cobaan berupa mendapatkan pemerintah yang tidak mampu berbuat apa-apa untuk rakyatnya. Mudah-mudahan tidak banyak pejabat kita yang suka main angkat sumpah demi meyakinkan massa pendukungnya. Amin.
Comments