Kembang-kembang zaman.
Biuskan aku oleh keharuman budimu, yang melayangkan aku ke langit tujuh dan hempaskan aku ke buaian kasih abadi. Hilangkan akalku oleh keindahan rupa manismu yang datangkan lebah pengisap madu, pemberi kehidupan kembang-kembang zaman. Kemerduan helaan nafasnya membangkitkan kekuatan roh bagi pelaut untuk menenangkan gejolak badai samudra.
Sentuhlah jiwaku dengan kehangatan kasih jiwamu, yang abadikan roh-roh yang saling mencinta. Lalu datang dan peluklah diriku dengan kerinduanmu. Kalbu keheningan malam sunyi yang bisu, mengelukan lidahku dan menjadikan ungkapan perasaanku terepenjara jauh di dasar kepiluan hatiku.
Yang memberiku matahati yang bersinar lebih suci dari keangkuhan matahari di atas sana. Cinta yang ringankan bebanku kala melangkah jauh, serta beningkan mataku ketika rohku memandang keindahan kembang-kembang zaman.
Bagai rama-rama mencari jalan ke relung kasih jiwamu dikala malam dengan sinarnya yang terangi kegelapan dan membuat rembulan tersipu malu di peraduannya,
Seperti penari di lantai dansa yang memberikan kebahagiaan bagi penikmatnya,
Tiada lebih indah dari syair pujangga yang tengah dilanda asmara,
Tak lebih harum dari wewangian surgawi para malaikat,
Tak lebih baik dari mereka yang mengumbar cintanya dan membagi-bagi anugerah kenikmatan tubuh bagi yang menyukainya.
Hanyalah kebodohan yang meracuni hidup manusia,
Kesederhanaan yang memuliakan kembang-kembang zaman,
Dan memberi kebebasan jiwaku dari belenggu kekeringan hatiku, Aku terbakar oleh cintamu dan,
Tiada kurang, tiada berlebih.
Comments