Skip to main content

Kembang Zaman

Kembang-kembang zaman.

Seorang muda memenungi hati, sedang matanya menatap hampa pada layar kaca yang coba menghibur dirinya. Ketika itu mega-mega terselubung sutra biru di kedalaman kencana hatinya. Dari langitnya turunlah beratus melati putih, bagai salju turun ke bumi hingga putihlah seluruh mukanya. Kemudian ia rasakan dingin yang menghunjam relung-relung mimpinya.

Dalam kedinginan, aku nyatakan cintaku padamu, wahai gadis yang memiliki wajah sejuta bidadari. Menebar harum semerbak melati-melati diselubung cahaya yang memekarkan kembang-kembang zaman.

Aku mengasihinya dengan cinta yang runtuhkan langit-langit keangkuhan masa. Laksana bidadari yang merenggut nafas abadi kehidupan dan melepas kelelahan perjalanan maut jiwa yang mati.

Aku mencintaimu, gadis dengan biduri indah di rambut.

Biuskan aku oleh keharuman budimu, yang melayangkan aku ke langit tujuh dan hempaskan aku ke buaian kasih abadi. Hilangkan akalku oleh keindahan rupa manismu yang datangkan lebah pengisap madu, pemberi kehidupan kembang-kembang zaman. Kemerduan helaan nafasnya membangkitkan kekuatan roh bagi pelaut untuk menenangkan gejolak badai samudra.

Aku jatuh hati padamu, gadis dengan bibir indah tersenyum.

Sentuhlah jiwaku dengan kehangatan kasih jiwamu, yang abadikan roh-roh yang saling mencinta. Lalu datang dan peluklah diriku dengan kerinduanmu. Kalbu keheningan malam sunyi yang bisu, mengelukan lidahku dan menjadikan ungkapan perasaanku terepenjara jauh di dasar kepiluan hatiku.

Aku mencintaimu, dari dalam dasar hatiku yang meluas bagai samudra tak bertepi.

Yang memberiku matahati yang bersinar lebih suci dari keangkuhan matahari di atas sana. Cinta yang ringankan bebanku kala melangkah jauh, serta beningkan mataku ketika rohku memandang keindahan kembang-kembang zaman.

Dan cintaku padamu,

Bagai rama-rama mencari jalan ke relung kasih jiwamu dikala malam dengan sinarnya yang terangi kegelapan dan membuat rembulan tersipu malu di peraduannya,

Seperti penari di lantai dansa yang memberikan kebahagiaan bagi penikmatnya,
Tiada lebih indah dari syair pujangga yang tengah dilanda asmara,
Tak lebih harum dari wewangian surgawi para malaikat,
Tak lebih baik dari mereka yang mengumbar cintanya dan membagi-bagi anugerah kenikmatan tubuh bagi yang menyukainya.

Cintaku padamu, wahai gadis yang bukan kasihku,
Hanyalah kebodohan yang meracuni hidup manusia,
Kesederhanaan yang memuliakan kembang-kembang zaman,
Dan memberi kebebasan jiwaku dari belenggu kekeringan hatiku, Aku terbakar oleh cintamu dan,

Aku mencintaimu,
Tiada kurang, tiada berlebih.

Comments

Popular posts from this blog

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...

...kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. 17:16) Indonesia . Negeriku tercinta. Sudahkah tiba waktunya untuk bangkit (menjadi sadar kembali) dari tidur panjangnya? Surah Al Israa’ ayat 16 itu benar-benar sesuai mencerminkan keadaan negeri kita ini. Tidakkah kita dengar berbagai perbincangan, diskusi dan debat di berbagai media tentang kebangkitan nasional, kebangkitan bangsa, dan kebangkitan harga diri manusia Indonesia ? Namun adakah kita dengar sejurus tentang kebangkitan ‘akhlak’ didengungkan oleh sesiapa (yang bukan penceramah agama)? Adakah kita berbicara tentang kembali kepada fitrah manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan? Akh, itu omong kosong saja. Mungkin dianggap naif, dengan melih...

Kejadian Alam-kah yang akan menyatukan umat manusia?

Akhir-akhir ini setiap ujung tahun kita selalu menanti dengan was-was, kejadian alam apa lagi yang akan mengakibatkan bencana bagi manusia? Dimana akan terjadi? Berapa banyak lagi korban yang akan jatuh? Saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah ajakan-ajakan peperangan yang terjadi di luar sana akan berhenti apabila bencana alam melanda mereka yang mengajak berperang itu? Ataukah mereka akan meneruskan propaganda perang dengan alasan keselamatan umat manusia? Tapi begitulah manusia adanya, tidak mau mengalah walaupun sudah kalah dan akan kalah. Semua kejadian di dunia ini seperti sudah tertulis dengan sendirinya. Berkenaan dengan sifat dan sikap manusia yang makin lama makin buruk, saling menikam, saling tak acuh, saling curiga, memang menyesakkan dan membuat capek. Tapi itulah kenyataannya, dan secara bersamaan juga sunatullah alam yang sudah digariskan berjalan. Perubahan alam, gempa bumi, retakan kerak bumi, pergeseran lempeng bumi, es mencair, gunung meletus, semuanya...