Skip to main content

PadaMu Tuhan

Sukma Cinta-ku


Inilah doa-ku,
yang bangkit dari sukma fajar kedalaman hatiku,
Meratapi desah sendu pilunya batin,
Dahaga akan pinta kasih darimu,
Harapkan Melati indah mengembang,
Manis mengecup sejuknya sinaran mentari,
Hingga menyentuh denting kalbu yang kesunyian.

Inilah mohon-ku,
Pada Tuan meminta belas kasihan,
Mengampuni diri bila mengasihi Dinda,
Puspa t'lah terkirim lewat langit,
Melalui teratai-teratai putih yang mengangkasa,
Dijemput sang Bayu sampai di tujuan,
Terbang bersama rama-rama yang indah bercahya,
Lewati arus sungai-sungai,
Di antar kegelapan malam dan benderangnya siang.

Inilah sembah-ku,
Yang kupanjatkan pada lorong-lorong rindu hatiku,
Kusembahkan air tubuhku,
Hingga kerontang rongga-rongga jiwaku,
Sampai terenggut nafas cintaku yang hanya satu,
Oleh manisnya racun senyumanmu,
Derita dalam langkah jariku,
Kebekuan dalam cairan otakku,
Lidah pun mengelu hingga tak terucapkan kata-kata,
Tinggalkan keperihan dukaku,
Yang mengambang dalam khayal kasihku padanya.

Inilah cinta-ku, yang lahirkan kembang-kembang dosa,
Dosa-dosa yang lahirkan penghukuman,
Penghukuman yang ciptakan neraka-neraka di hati,
Di dalam neraka itulah kuleburkan segala nafsu,
Api-api suci cinta yang membakari menara keangkuhan,
Dan kupasrahkan diri ini ke dalamnya,
Sampai sucilah diri-ku,
Lalu kusaksikan putihnya pancaran cahaya kasihMu
Yang tiada tara di cermin nurani hatiku.

Tuanku,
Pertunjukkanlah kasihku padanya,
Sejukkanlah cintaku ke dalam nafas hidupnya,
Dalam segala fajar milikku,
Dalam sinaran yang telah disucikan,
Dalam kerinduan yang luluh,
Kasihilah daku, ya, Tuanku.

Kudekatkan diri padanya,
Dan kujauhkan dendam daripadanya,
Kusembahkan doa-doaku baginya,
Hingga daun-daun pun kering berguguran.

Di dalam sukma cinta-ku,
Kusaksikan air kasih cintanya telah ia curahkan,
Ke dalam telaga tiap-tiap hati,
Yang harapkan balas kasih mereka,
Namun Aku manusia,
Yang hidup dalam ketakutan,
Yang mengalirkan kekeringan dalam telaga hatiku,
Yang rapuhkan iman dalam nuraniku,

Di dalam sukma cinta-ku,
Aku berdoa,
Aku memohon,
Aku sembahkan,
Aku bercinta,
Aku nikmati derita kasihku padaNya.

Comments

Popular posts from this blog

Kejadian Alam-kah yang akan menyatukan umat manusia?

Akhir-akhir ini setiap ujung tahun kita selalu menanti dengan was-was, kejadian alam apa lagi yang akan mengakibatkan bencana bagi manusia? Dimana akan terjadi? Berapa banyak lagi korban yang akan jatuh? Saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah ajakan-ajakan peperangan yang terjadi di luar sana akan berhenti apabila bencana alam melanda mereka yang mengajak berperang itu? Ataukah mereka akan meneruskan propaganda perang dengan alasan keselamatan umat manusia? Tapi begitulah manusia adanya, tidak mau mengalah walaupun sudah kalah dan akan kalah. Semua kejadian di dunia ini seperti sudah tertulis dengan sendirinya. Berkenaan dengan sifat dan sikap manusia yang makin lama makin buruk, saling menikam, saling tak acuh, saling curiga, memang menyesakkan dan membuat capek. Tapi itulah kenyataannya, dan secara bersamaan juga sunatullah alam yang sudah digariskan berjalan. Perubahan alam, gempa bumi, retakan kerak bumi, pergeseran lempeng bumi, es mencair, gunung meletus, semuanya...

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju...

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...