pernah tertanya-tanya dalam pikiran, apa yang menjadi prasyarat seseorang untuk layak menjadi pendakwah? atau kesiapan-kesiapan apa yang sepatutnya dimiliki seorang alim ulama dan ustaz-ustazah untuk layak berdakwah?
Tanpa sengaja saya memang menyukai ulasan tentang ilmu fiqih, dan berbagai metode-metode kajian hadist dan tafsir Quran. Misalnya bagaimana syarat-syarat untuk mempelajari ilmu hadist dan tafsir Quran yang berlapis-lapis dan sangat ketat unsur keilmuannya dan dituntut ketelitian yang tinggi.
Setelah sedikit merenung, sampailah saya pada sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang merupakan kerinduan seorang umat untuk mendapat petunjuk dari Allah melalui alim ulama,kalau bukan melalui kata-kata dari suaranya langsung, cukuplah kiranya buku-buku yang mereka tulis.
Saya berpikir bahwa seorang alim ulama, ustaz-ustazah dan tokoh agama yang berdakwah sepatutnya memiliki keilmuan yang tinggi lagi bijaksana. Harapan saya,
AlQuran dan hadist perlu dihafal supaya dialog menjadi lancar dan mempunyai dasar-dasar rujukan yang jelas.
kedua, penguasaan terhadap berbagai metode keilmuan islam yang menurut saya sama kokohnya dan lebih detil dibandingkan dengan keilmuan umum lainnya. Misalnya penguasaan terhadap metode penelitian hadist oleh Imam Bukhari sama ilmiahnya dengan riset kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, imam Bukhari menghafal sekian puluh ribu hadist. Kemudian diteliti jalur perawiannya. Kemudian secara kualitatif diuji keabsahannya melalui pencarian jalur perawinya. Bahkan ditambahkan pula dengan penelitian kualitatif terhadap kualitas bukan saja hadist yang disampaikan melainkan kualitas pribadi si perawinya sendiri.
Pendek kata, seorang pendakwah harusnya mempunyai kemampuan riset yang tinggi dan tidak kalah dari mereka yang menuntut ilmu di universitas hingga ke strata tiga sekalipun.
keempat,para pendakwah ini harus mampu menjadi contoh teladan bagi masyarakat dilingkungannya. Menjadi panutan bukan hanya soal formalitas beribadah, tetapi juga dalam berbagai kegiatan informal sehari-hari sebagai manusia biasa. Ketekunan bekerja, kesabaran dalam berusaha, tutur-kata yang senantiasa lembut, orang yang penuh pengertian dan dermawan, adalah sedikit dari contoh kualitas manusia yang dipandang baik bagi masyarakat kita ditengah-tengah memburuknya moralitas masyarakat belakang hari ini.
kelima, kejujuran, integritas dan disiplin adalah mutlak dimiliki para pendakwah. Tahu bagaimana membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum, kepentingan dakwah dan kepentingan pekerjaan. Bukan berarti karena alasan pergi berdakwah menelantarkan keluarga atau bisnis yang sedang dijalankan. Jangan sampai berdakwah karena Allah Ta'ala dijadikan alasan untuk menghindari tanggung-jawab sebagai seorang pekerja, karyawan, atau pemimpin.
Bagi kita yang tidak punya janggut secara alamiah, kalau ingin juga tampil bersih dan rapi dengan janggut, maka peliharalah dengan baik. Tentu saja bagi bangsa arab dan orang-orang yang secara genetis alamiahnya punya janggut yang lebat adalah lebih mudah pemeliharaannya berbanding dengan mereka yang tidak punya janggut lebat secara alamiah. Karena itulah pilihan kata-kata sunnah Nabi adalah memelihara, jadi perlu diupayakan supaya janggut tampak rapi, bersih dan indah dipandang.
Demikian juga dengan potongan pakaian, warna dan stelannya. Senantiasa perlu dicuci bersih, dipilih jahitannya yang baik dan kuat, serta komposisi dan desain pakaian itu sendiri.
Apakah para alim ulama, ustaz-ustazah, dan tokoh-tokoh muslim telah menjadi panutan di tengah-tengah masyarakat? Baik dari moral akhlak pribadi maupun pergaulan dan sosialisasinya dengan lingkungan. Sehingga umat islam pun bangga dan mengindahkan nasehat-nasehat mereka, sehingga mereka yang non-muslim merasa nyaman dan mencintai serta menjadikan umat islam sebagai role model mereka. Sudah mampukah kita untuk itu? Sudah mampukah para alim ulama yang dikatakan penerus risalah Nabi menjadi role model seperti itu?
Comments