Skip to main content

Renungan Seorang Umat yang Belajar Menjadi Muslim 10

Perkuat Barisan: Sebuah Urgensi bagi umat Manusia untuk Menghadapi Konspirasi Global

Apakah benar ada konspirasi global? Apa tujuannya?
Saya tidak tahu. Saya juga tidak punya jawabannya. Tapi saya hanya merasakan, dan perasaan ini sangatlah subjektif. Tetapi apa salahnya dengan subjektifitas seperti ini? Kalau sekelompok orang boleh secara sepihak mendeterminasi pihak lain, sementara Saya tidak boleh, padahal saya tidak melakukannya untuk melukai atau mencederai orang lain.

Dunia sudah melihat bagaimana kehancuran kemanusiaan akibat manusia sendiri, tetapi kesalahan yang sama jugalah yang dilakukan. Konflik berkepanjangan di jazirah Arab, peperangan sipil di Afrika, sampai perang ide dan keyakinan dimana-mana dari gossip sampai urusan religius adalah karena kelemahan manusia sendiri.

Kekuatan yang manusia dapatkan adalah semata-mata karena Allah S.W.T, kalaulah Ia cabut semua kekuatan itu daripada diri manusia, bahkan seekor nyamuk pun dapat membunuh manusia. Sebagai Sang Maha Pencipta, Allah berikan kuasa istimewa bagi manusia untuk dapat 'mencipta' demi kelangsungan hidupnya. Ketika manusia bersifat tamak dan angkuh dengan ia sadari atau tidak, maka kita membangun dunia tanpa menghiraukan desain dari Allah yang penuh hikmah.

Hikmah dari alam ciptaan semula Allah, masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan. Tetapi manusia mengoyak-koyakkannya dengan rasa curiga, rasa dengki, kesombongan, rakus. Manusia yang satu ingin menguasai yang satu, manusia yang satu tak puas hati melihat yang lain, manusia yang satu merasa lebih dari yang lain, manusia yang satu phobia kepada manusia yang lain.

Pemerintah Israel menyatakan perang dengan jelas, tetapi berlindung di sebalik kata-kata diplomasi. Apapun alasan perang dimana-mana, ianya hanyalah sebuah tindakan penghapusan nyawa manusia. Manusia yang seorang merasa berhak menghakimi kebenaran dan kesalahan manusia yang lain atas dasar objektifitas pandangannya yang nyata sangat subjektif!

Terorist! Ya, program mata-mata didalam internet akan segera mendeteksi berapa kali kata2 'Terorist" ini tertulis dalam blog ini. Program mata-mata itu mungkin paham dan mungkin tidak, tapi ia adalah wujud nyata dari ketidakpercayaan yang dibangun diatas nama kemanusiaan.

Sekarang secara subjektif saya sampaikan kerisauan hati saya tentang umat manusia karena saya bagian dari manusia, dan kerisauan hati saya kepada umat islam, karena saya berserah diri menjadi bagian dari umat manusia yang dewasa ini paling banyak ditindas dimana-mana.
Ditindas tidak hanya oleh umat manusia lain, tetapi ditindas oleh umat dimana saya berbaris didalamnya. Kekuasaaan yang diberikan Allah, kalau tidak dijalankan dengan ikhlas dan insyaf maka akan berakibat penindasan satu sama lain.

Umat Islam adalah umat yang kuat, ia berdiri di bawah satu panji kebenaran yang utuh. Agama Islama adalah agama yang mengajarkan kehidupan dari A sampai Z, dari Alif sampai Ya. Al_Quran, kitab suci umat Islam, bukanlah bacaan yang disegel khusus hanya untuk di baca umat yang menganut Islam sebagai agamanya. Tetapi ia adalah kitab suci seluruh umat manusia, ia terbuka untuk di baca oleh semua manusia, dan barangsiapa yang telah terbukan pengetahuannya karena mempelajari Quran, tetapi kemudian ragu dan menyembunyikan kebenaran yang ia jumpai itu untuk dirinya sendiri, maka ia telah menjadi manusia yang sejahat-jahatnya manusia.

Allah S.W.T memberikan senjata kepada manusia untuk berperang melawan kejahatan yang ada pada diri manusia sendiri, yaitu Iman dan Akal. Dua senjata ini adalah nikmat yang tidak Allah berikan kepada mahkluk selain manusia.
Dalam bertindak Islam mengajarkan manusia supaya menimbang besar mana manfaat dan mudarat.
Dalam melakukan kerja dan menghadapai tantangan, Islam ajarkan manusia untuk selalu ikhlas dan tawakal.
Dalam merenungi kehidupan manusia, Islam ajarkan manusia untuk selalu insyaf dan bertaubat.

Umat manusia secara fitrahnya adalah umat islam, itu adalah sebuah tesis.
Konspirasi adalah anti-tesis, dan
Perang dengan alasan apapun adalah sintesanya.

Umat Islam adalah umat yang kuat, penindasan dimana-mana yang terjadi, insya Allah tidak akan menyurutkan semangat kemanusiaan islami. Tidak akan berkurang jumlah umat islam selama Allah S.W.T meridhoi Islam sebagai agama manusia.

Karena itu, dengan memohon pada Allah S.W.T, kita perkuat barisan manusia kita untuk melawan konspirasi pemusnahan manusia yang mengglobal. Musuh Islam adalah syaitan yang dikutuk Allah S.W.T, iblis/syaitan tidak berwujud dan berlabel, ia bisa menjadi siapa saja dan dimana saja. Ia tidak mengancam hanya dari luar tapi juga dari dalam. Ia tidak nampak hanya yang secara nyata tetapi juga secara kamulfase. ia tidak muncul hanya saat gelap tapi juga ketika terang. Ia tidak hanya nyata sehingga mudah dikenali, tetapi juga di dalam selimur yang tidak nyata sehingga tidak dapat dikenali. Ia bahkan seringkali adalah diri kita sendiri ketika kita bercermin tetapi lupa pada hakikat.

Musuh yang ada diluar dan nampak nyata, mudah dibunuh, tetapi musuh yang ada di dalam dan tidak nyata bukan mudah untuk dibunuh, karena salah bunuh kita sendiri yang mati.

Musuh Islam tidak sebodoh itu untuk langsung menghancurkan face to face, musuh-musuh Islam tahu kekuatan umat Islam adalah karena kemanunggalannya, kebersatuannya sesama manusia dan kepada Allah. Karena itu kekuatan itu dipecah-pecah, dan cara memecahnya adalah melalui perpecahan dari dalam.
Dalam hidup manusia tidak pernah ada sejarahnya manusia yang tidak mengalami saat konflik, bahkan dengan batinnya sendiri secara pribadi manusia sering ber-konflik. Karena itu janganlah umat islam karena satu dan lain halnya ketika ber-konflik kemudian menghalalkan darah sesama muslim dengan alasan menyelesaikan konflik-konflik itu. Hal itu melemahkan umat islam sendiri.
Konflik-konflik dalam tubuh umat islam adalah sesuatu yang alamiah, sesuatu yang manusiawi, Allah S.W.T melalui Al_Quran dan Sunah Rasul mengajarkan bagaimana manusia memanajemeni konflik itu. Konflik-konflik itu kalau umat islam sendiri tidak pandai menengahinya, maka dari celah itulah musuh islam masuk, tanpa disadari. Ketika terjadi konflik semua merasa dipihak yang benar, sehingga lupa kebenaran Absolut ada di tangan Allah S.W.T, karena itu ketika konflik internal dalam diri umat islam terjadi, janganlah lupa untuk insyaf dan ikhlas, toleransi adalah bahasa awamnya, dan kembali berpegang teguh bahwa umat islam adalah umat manusia yang diridhoi Allah dan dipersenjatai dengan 'iman dan akal', bukan bom nuklir atau stealh atau senjata otomatik.
Perangilah konflik internal dalam umat islam sebagai perang terhadap diri sendiri, niscaya Allah S.W.T akan menjadi penengahnya. Karena kalaulah iblis/syaitan yang sudah menjadi pengengahnya, maka musuh akan mudah menyerang dari luar. Musuh umat islam adalah konspirasi yang memecah belah kalangan umat islam sendiri, dan saya berdoa dibawah lindungan Allah semoga pemecahan masalah di kalangan umat islam bukanlah dengan menghalalkan darah umat islam satu sama lainnya. amin.

Comments

Popular posts from this blog

Kapitalisasi Perguruan Tinggi: Pendidikan dan Profesi Tanpa Masa Depan

 [draft]  Logika kapitalisnya kira2 begini: ada tren PTSpts menurunkan std renumerasi dosen, tp std gelar naik ke S3. Lalu, dengan Negara mensubsidi konon kesejahteraan dosen melalui insentif jafung, serdos, dan hibah2 riset, abdimas, maka dgn jaminan dosen2 S2/S3, maka PTSpts menaikkan std intake spp, namun...Renumerasi pokok dosen diturunkan, dgn logika dosen2 mengurus administrasi dan memenuhi syarat2 BKD PAK dsbnya, akan mendapatkan insentif2 tsb diatas. Sehingga menghemat pengeluaran2 utk menggaji dosen2.Kita belum bicara soal kapitalisasi dan dominasi scopus indeksasi jurnal. Indonesia yg begitu besar dan luas, mungkin bakal kalah rankingnya QS, dll ,  sekejap lagi dgn Brunei.

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju

Osamu Tezuka and The Heart of Manga

Pada awalnya di Jepang, komik secara umum di kenal dalam dua bentuk, yaitu ‘manga’ dan ‘gekiga’. Manga sebagai model komik yang mendapat pengaruh dari masuknya kartun-kartun eropa dan amerika generasi awal, yang muncul terlebih dahulu menjadi sedemikian populernya sehingga menjadi role model dalam membuat komik. Kemapanan ini menimbulkan pergerakan dari pinggiran, anak-anak muda banyak yang menginginkan perubahan dan mencari bentuk-bentuk baru. Muncullah ‘gekiga’ yang secara harfiah bertolak belakang dengan ‘manga’ secara umum pada masa itu. Gekiga mengambil sudut pandang realisme-sosial yang menggunakan pendekatan yang lebih dramatis dan moody, tetapi biasanya penuh aksi laga yang menyangkut kondisi masyarakat pinggiran yang keras. Begitulah sekilas tentang ‘manga’ dan ‘gekiga’ sebagai rival yang saling menyeimbangkan, sebelum akhirnya muncul sebuah nama yang secara tak langsung menyatukan kualitas kedua bentuk komik Jepang tersebut, yaitu Osamu Tezuka, sang ‘Manga no Kamisama’ atau ‘