Skip to main content

Renungan seorang umat yang belajar menjadi muslim 02


(00)
Ajaran islam adalah untuk kepentingan seluruh semesta baik makrokosmos maupun mikrokosmos, karena dalam Quran selalu disampaikan peringatan,”Wahai, Umat manusia....”, dan juga bukan ajaran untuk keegoisan manusia saja, tetapi juga untuk seluruh alam raya karena Allah adalah Tuhan Seru Sekalian Alam.
Mengapa ajaran islam dan bukan ajaran kebenaran yang lain-lain? Kita mengenal ajaran yang bersifat welas asih, kita mengenal ajaran memandang manusia dan alam adalah satu kesatuan, kita mengenal ajaran yang mensakralkan dan juga memanusiawikan Tuhan. Ajaran islam bukan tidak mengenali semua ajaran-ajaran kebenaran hidup yang pernah ada di muka bumi, karena sebagai penutup Allah telah meridhai manusia dengan ajaran islam.
Dalam pandangan penulis, islam adalah ajaran yang paling manusiawi. Allah mengajarkannya dengan sabar kepada manusia melalui Rasulullah. Diajarkan pada usia yang dalam psikologis manusia berada pada puncak kematangannya, Nabi Muhammad tidak secara ajaib menjadi nabi di usia muda, walaupun itu biasa saja terjadi kalau memang atas kehendak Allah. Allah memberi kesempatan pada Nabi Muhammad untuk menjadi manusia sepenuhnya sendiri dahulu yang menggunakan ’akal’ dan ’budi’ nya dalam menjalani kehidupan.
Allah pun tidak memilih manusia yang berada dalam kehidupan yang bergelimpangan ataupun yang termiskin di dunia. Allah memilih seorang manusia yang berkualitas bukan pada fisik maupun materi-nya. Perjalanan hidup beliau menjadi Rasulullah adalah perjalanan hidup sebagaimana manusia biasa, yang kemudian ia dipilih oleh Allah untuk menjadi contoh bagi manusia lainnya.
Islam tidak diturunkan melalui pengajaran dalam waktu singkat dan dengan hanya merenung atau menulis di suatu tempat. Islam diajarkan oleh Allah melalui kehidupan manusia yang dicerminkan oleh Rasulullah, bukan saja dari kata-kata tapi juga perilaku sehari-hari beliau, ajaran yang bersentuhan langsung dengan perikehidupan manusia. Secara sederhana, islam adalah ajaran untuk menjalani hidup sehari-hari menjadi semakin baik dari hari ke hari hingga tiba saat sakratulmaut.
Islam adalah ajaran kebenaran yang menyentuh hingga bahagian dasariah manusia. Misalnya saja, penulis pada dasarnya adalah seorang yang skeptik, meragukan segala sesuatu, tetapi dengan pasti islam menyatakan bahwa tidak ada keraguan didalamnya, sebagaimana yang tersurat dalam Quran. Ketentraman hati datang kemudian bukan karena islam mengajarkan absolutisme dan melarang mempertanyakan sesuatu. Karena yang absolut itu hanya Allah S.W.T semata, dan Quran sebagai kalamNya adalah pegangan dasar kehidupan yang perlu diragukan karena manusia siapapun dia diperkenankan oleh Allah untuk mempelajari islam. Islam adalah ajaran terbuka, yang dengan segala keterbukaannya mempersilakan manusia untuk menguji kebenaran Quran dan mempertanyakan kembali ajaran islam. Allah memberi tantangan terbuka kepada barangsiapa yang mampu untuk menandingi satu kalimat saja dari Quran Kalam Allah. Tantangan ini memenuhi tantangan setiap jaman, dari dahulu hingga sekarang, dimana segala argumen tentang kebenaran sesuatu selalu mendapatkan tantangan balik, maka Allah yang maha mengetahui cabaran manusia ini telah mengisyaratkankan bahwa tiada keraguan didalam Quran-Nya.
Islam adalah ajaran dengan iman yang menyentuh akal sehat, sekaligus akal sehat yang menyentuh iman. Tiada ilmu tanpa iman dan tiada pula iman tanpa ilmu. Kemanapun ilmu berkembang biak, sampai dimanapun ia tersesat, selama manusia masih menggunakan ’akal’ dan ’nurani’ yang Allah berikan, ilmu-ilmu manusia itu akan kembali pada ujung pangkal kebenaran. Ilmu-ilmu datang dari Allah, dan segala sesuatu yang datang daripada-Nya akan kembali pada-Nya. Sejauh manapun manusia membawanya tersesat, dengan keimanan dan ridha Allah, manusia akan dapat membawa dirinya kembali lurus.

Comments

Popular posts from this blog

Kapitalisasi Perguruan Tinggi: Pendidikan dan Profesi Tanpa Masa Depan

 [draft]  Logika kapitalisnya kira2 begini: ada tren PTSpts menurunkan std renumerasi dosen, tp std gelar naik ke S3. Lalu, dengan Negara mensubsidi konon kesejahteraan dosen melalui insentif jafung, serdos, dan hibah2 riset, abdimas, maka dgn jaminan dosen2 S2/S3, maka PTSpts menaikkan std intake spp, namun...Renumerasi pokok dosen diturunkan, dgn logika dosen2 mengurus administrasi dan memenuhi syarat2 BKD PAK dsbnya, akan mendapatkan insentif2 tsb diatas. Sehingga menghemat pengeluaran2 utk menggaji dosen2.Kita belum bicara soal kapitalisasi dan dominasi scopus indeksasi jurnal. Indonesia yg begitu besar dan luas, mungkin bakal kalah rankingnya QS, dll ,  sekejap lagi dgn Brunei.

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju

Osamu Tezuka and The Heart of Manga

Pada awalnya di Jepang, komik secara umum di kenal dalam dua bentuk, yaitu ‘manga’ dan ‘gekiga’. Manga sebagai model komik yang mendapat pengaruh dari masuknya kartun-kartun eropa dan amerika generasi awal, yang muncul terlebih dahulu menjadi sedemikian populernya sehingga menjadi role model dalam membuat komik. Kemapanan ini menimbulkan pergerakan dari pinggiran, anak-anak muda banyak yang menginginkan perubahan dan mencari bentuk-bentuk baru. Muncullah ‘gekiga’ yang secara harfiah bertolak belakang dengan ‘manga’ secara umum pada masa itu. Gekiga mengambil sudut pandang realisme-sosial yang menggunakan pendekatan yang lebih dramatis dan moody, tetapi biasanya penuh aksi laga yang menyangkut kondisi masyarakat pinggiran yang keras. Begitulah sekilas tentang ‘manga’ dan ‘gekiga’ sebagai rival yang saling menyeimbangkan, sebelum akhirnya muncul sebuah nama yang secara tak langsung menyatukan kualitas kedua bentuk komik Jepang tersebut, yaitu Osamu Tezuka, sang ‘Manga no Kamisama’ atau ‘