Skip to main content

Kebutuhan dan Penawaran: Sebuah Saran

Anda mungkin punya banyak hal yang ingin disampaikan, banyak pengetahuan yang ingin disumbangkan. Pengetahuan itu tidak pernah dirasakan cukup, dan ada kebahagiaan tersendiri apabila dapat kita bagikan ke orang-orang di sekitar kita. Namun, ada kalanya, seringkali malah, orang-orang disekitar anda bukanlah mereka yang ramah dan terbuka pada apa yang Anda sampaikan. Seringkali pula, harga diri dan gengsi menahan pintu hati untuk menerima sumbangan pikiran dari Anda, meski bibir mereka mengucapkan hal yang kontradiktif. Silahkan, pak, bu, kami dengan senang hati menerima masukan dan pandangan dari bapak ibu.

Haha, hipokrisi bukan barang baru di masyarakat kita. Ketika Anda punya sesuatu untuk diberikan, namun Anda dipandang bukan seseorang yang berkompeten, atau tepatnya bukan seseorang yang dikenal, terkenal, atau punya banyak followers, maka apa yang menjadi pikiran dan pandangan Anda bukanlah sesuatu yang penting apalagi berharga menurut mereka.

Dunia sekitar kita sangat kompetitif, setiap orang merasa berjasa, setiap orang merasa kompeten, setiap orang merasa setara dengan orang lainnya. Anda hanya akan ditatap sebagai musuh dalam selimut, sebagai batu ganjalan, sumbangan Anda tidaklah amat dibutuhkan, namun kalau Anda diam, akan dijadikan kambing hitam. Dituding tidak peduli, tidak kolaboratif, tidak punya tenggang rasa, dan segudang tidak ini itu lainnya untuk dituang kepada Anda.

Jadi, berikan sumbangan pikiran Anda, pengetahuan yang Anda miliki hanya kepada mereka yang membutuhkan. Karena bagi orang yang merasa dirinya sudah punya berbagai kelebihan, sudah berlebih, sumbangan Anda akan membuat harga diri mereka tumpah berserakan dan itu tidak baik. Lebih arif dan bijak memberikan sumbangan kepada mereka yang meminta pendapat dan membutuhkannya.

Jangan sekali-kali menawarkan 'jasa' bantuan memberikan sumbangan kepada orang-orang yang mereka sudah menempel di jidat Anda sebagai orang yang tidak dibutuhkan. Anda merendahkan diri sendiri namanya.

Popular posts from this blog

Kejadian Alam-kah yang akan menyatukan umat manusia?

Akhir-akhir ini setiap ujung tahun kita selalu menanti dengan was-was, kejadian alam apa lagi yang akan mengakibatkan bencana bagi manusia? Dimana akan terjadi? Berapa banyak lagi korban yang akan jatuh? Saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah ajakan-ajakan peperangan yang terjadi di luar sana akan berhenti apabila bencana alam melanda mereka yang mengajak berperang itu? Ataukah mereka akan meneruskan propaganda perang dengan alasan keselamatan umat manusia? Tapi begitulah manusia adanya, tidak mau mengalah walaupun sudah kalah dan akan kalah. Semua kejadian di dunia ini seperti sudah tertulis dengan sendirinya. Berkenaan dengan sifat dan sikap manusia yang makin lama makin buruk, saling menikam, saling tak acuh, saling curiga, memang menyesakkan dan membuat capek. Tapi itulah kenyataannya, dan secara bersamaan juga sunatullah alam yang sudah digariskan berjalan. Perubahan alam, gempa bumi, retakan kerak bumi, pergeseran lempeng bumi, es mencair, gunung meletus, semuanya...

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju...

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...