Skip to main content

Kebutuhan dan Penawaran: Sebuah Saran

Anda mungkin punya banyak hal yang ingin disampaikan, banyak pengetahuan yang ingin disumbangkan. Pengetahuan itu tidak pernah dirasakan cukup, dan ada kebahagiaan tersendiri apabila dapat kita bagikan ke orang-orang di sekitar kita. Namun, ada kalanya, seringkali malah, orang-orang disekitar anda bukanlah mereka yang ramah dan terbuka pada apa yang Anda sampaikan. Seringkali pula, harga diri dan gengsi menahan pintu hati untuk menerima sumbangan pikiran dari Anda, meski bibir mereka mengucapkan hal yang kontradiktif. Silahkan, pak, bu, kami dengan senang hati menerima masukan dan pandangan dari bapak ibu.

Haha, hipokrisi bukan barang baru di masyarakat kita. Ketika Anda punya sesuatu untuk diberikan, namun Anda dipandang bukan seseorang yang berkompeten, atau tepatnya bukan seseorang yang dikenal, terkenal, atau punya banyak followers, maka apa yang menjadi pikiran dan pandangan Anda bukanlah sesuatu yang penting apalagi berharga menurut mereka.

Dunia sekitar kita sangat kompetitif, setiap orang merasa berjasa, setiap orang merasa kompeten, setiap orang merasa setara dengan orang lainnya. Anda hanya akan ditatap sebagai musuh dalam selimut, sebagai batu ganjalan, sumbangan Anda tidaklah amat dibutuhkan, namun kalau Anda diam, akan dijadikan kambing hitam. Dituding tidak peduli, tidak kolaboratif, tidak punya tenggang rasa, dan segudang tidak ini itu lainnya untuk dituang kepada Anda.

Jadi, berikan sumbangan pikiran Anda, pengetahuan yang Anda miliki hanya kepada mereka yang membutuhkan. Karena bagi orang yang merasa dirinya sudah punya berbagai kelebihan, sudah berlebih, sumbangan Anda akan membuat harga diri mereka tumpah berserakan dan itu tidak baik. Lebih arif dan bijak memberikan sumbangan kepada mereka yang meminta pendapat dan membutuhkannya.

Jangan sekali-kali menawarkan 'jasa' bantuan memberikan sumbangan kepada orang-orang yang mereka sudah menempel di jidat Anda sebagai orang yang tidak dibutuhkan. Anda merendahkan diri sendiri namanya.

Popular posts from this blog

Osamu Tezuka and The Heart of Manga

Pada awalnya di Jepang, komik secara umum di kenal dalam dua bentuk, yaitu ‘manga’ dan ‘gekiga’. Manga sebagai model komik yang mendapat pengaruh dari masuknya kartun-kartun eropa dan amerika generasi awal, yang muncul terlebih dahulu menjadi sedemikian populernya sehingga menjadi role model dalam membuat komik. Kemapanan ini menimbulkan pergerakan dari pinggiran, anak-anak muda banyak yang menginginkan perubahan dan mencari bentuk-bentuk baru. Muncullah ‘gekiga’ yang secara harfiah bertolak belakang dengan ‘manga’ secara umum pada masa itu. Gekiga mengambil sudut pandang realisme-sosial yang menggunakan pendekatan yang lebih dramatis dan moody, tetapi biasanya penuh aksi laga yang menyangkut kondisi masyarakat pinggiran yang keras. Begitulah sekilas tentang ‘manga’ dan ‘gekiga’ sebagai rival yang saling menyeimbangkan, sebelum akhirnya muncul sebuah nama yang secara tak langsung menyatukan kualitas kedua bentuk komik Jepang tersebut, yaitu Osamu Tezuka, sang ‘Manga no Kamisama’ atau ‘...

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...

Mencuri

Seringkali kita terburu-buru dalam solat, terlebih lagi selalu jadi kebiasaan saat ruku' dan sujud bacaan memuji kesucian dan ketinggian Allah malah cepat dan kurang dihayati. Rasulullah sudah pernah menasihatkan bahwa yang dimaksud dengan mencuri di waktu solat adalah orang yang ruku' dan sujud-nya tidak sempurna. Ketergesa-gesaan dalam bacaan ruku' dan sujud, barangkali termasuk 'mencuri' juga. Hikmah dari nasihat ini kupikir berkaitan dengan kehidupan. Orang yang menyia-nyiakan hidupnya adalah orang yang mengabaikan atau kurang memperhatikan pekerjaan-pekerjaan kecil. Seperti dalam solat, bacaan ruku' dan sujud adalah yang paling ringkas dan sederhana, tetapi seringkali kita teledor dalam melakukannya. Dalam hidup ini kita suka mengejar hal yang besar-besar dan meremehkan kesempurnaan dalam mengerjakan hal-hal sederhana. Kalau memang itu kita lakukan, perlulah kiranya kita untuk mawas diri dan cepat menyadarinya sebelum akhirnya kita menyesal telah melakukan ...