Skip to main content

Siapakah Allah?

Ada satu kesalahan redaksional yang selalu kita, umat islam yang awam alami tetapi tidak menyadarinya, yaitu apabila ditanya:

“Siapa / Apa nama Tuhan-nya orang Islam?”

“What is a moslem God’s name?”

Ini adalah pertanyaan yang tidak tepat. Tidak ada yang namanya Tuhan umat Islam, yang ada adalah Tuhan seluruh umat manusia, Tuhan seru sekalian alam. Itulah jawaban yang Quran berikan.

Tetapi seringkali secara spontan kita terbiasa menjawab,”Allah! Allah S.W.T!”

Apakah benar nama Tuhan itu Allah? Apakah Allah itu sebuah nama?

Kembali kita coba merujuk kepada Quran dan kesepakatan para ulama, bahwa Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama-nama. 99 nama Allah, itulah nama-nama Tuhan manusia, nama-nama Tuhan seru sekalian alam. Allah sendiri bukanlah sebuah nama dari Tuhan, Allah adalah Tuhan. Ini adalah masalah kesalahan redaksional penerjemahan dari bahasa Quran yang menggunakan bahasa arab yang kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Allah, illah, illahi, merujuk pada maksud yang sama yaitu Tuhan.

Karena itu dikatakan 99 asma Allah, dan Allah sendiri bukanlah sebuah nama. Kalau Allah pun adalah sebuah penamaan terhadap Tuhan artinya ada 100 nama. Dan kalau merujuk kembali ke zaman jahiliyah di jazirah arab, maka akan terjadi kesalahpahaman bahwa Allah hanyalah salah satu nama-nama Tuhan orang arab yang berhasil mengalahkan penyembah-penyembah Tuhan yang lainnya. Ini tentu salah kaprah, karena Allah adalah Tuhan, bukan salah satu dari nama Tuhan-tuhan rekaan manusia.

Karena itu apabila sewaktu-waktu kita ditanya,”Siapa Tuhanmu?” maka di jawablah dengan Allah lillahi ta’ala.
Tetapi kalau ditanya,”Siapa nama Tuhan orang islam?” maka di jawablah dengan Tuhan umat manusia adalah Allah lillahi ta’ala.

Comments

Popular posts from this blog

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...

menjadi muslim ideal, mencari kesempurnaan islam

National Geogarphic baru-baru ini menurunkan artikel tentang Islam di Indonesia. Kadang kala terpikir juga, apakah para Islam fundamentalis hidup berbahagia dengan segala keketatan aturan hidupnya yang diklaim mengikut kesempurnaan ajaran Islam dengan menjalankan hukum Allah. Kalau ditanya secara langsung pasti jawabannya adalah iya, tanpa ada keraguan terlintas. Seperti apakah idealnya penerapan hukum Islam di Indonesia yang notabene nyaris 90% penduduknya adalah muslim. Indikasi bahwa Indonesia seharusnya berlandaskan hukum Islam sebenarnya sangat kuat, sayangnya, apakah kalau dilaksanakan suatu referendum nasional untuk memungut suara mayoritas umat Islam saja akan diperolehi kenyataan yang sama? Saya tidak punya kapasitas untuk menduga-duga hasil yang mungkin muncul dari situ. Tapi untuk membayangkan sebuah Indonesia yang islami saja sudah sangat berat, mengingat mentalitas bangsa, visi dan misi kebangsaan yang sudah cukup porak-poranda akibat ketidakbecusan pemerintahan di masa la...

Osamu Tezuka and The Heart of Manga

Pada awalnya di Jepang, komik secara umum di kenal dalam dua bentuk, yaitu ‘manga’ dan ‘gekiga’. Manga sebagai model komik yang mendapat pengaruh dari masuknya kartun-kartun eropa dan amerika generasi awal, yang muncul terlebih dahulu menjadi sedemikian populernya sehingga menjadi role model dalam membuat komik. Kemapanan ini menimbulkan pergerakan dari pinggiran, anak-anak muda banyak yang menginginkan perubahan dan mencari bentuk-bentuk baru. Muncullah ‘gekiga’ yang secara harfiah bertolak belakang dengan ‘manga’ secara umum pada masa itu. Gekiga mengambil sudut pandang realisme-sosial yang menggunakan pendekatan yang lebih dramatis dan moody, tetapi biasanya penuh aksi laga yang menyangkut kondisi masyarakat pinggiran yang keras. Begitulah sekilas tentang ‘manga’ dan ‘gekiga’ sebagai rival yang saling menyeimbangkan, sebelum akhirnya muncul sebuah nama yang secara tak langsung menyatukan kualitas kedua bentuk komik Jepang tersebut, yaitu Osamu Tezuka, sang ‘Manga no Kamisama’ atau ‘...