Hutang nyawa bayar nyawa, sebenarnya itu lebih mudah, bagaimana kalau ternyata hutang nyawa dibayar dengan dosa yang harus ditanggung sendiri dan berlarutan hingga ke anak cucu.
Kalau sebuah kebaikan dijanjikan akan dibalas oleh Yang Maha Kuasa dengan sepuluh kebaikan, dan pertolongan (kebaikan) itu datang dari arah yang tidak di duga-duga.
Barangkali meski satu kali kejahatan dibalas satu kali, apakah semestinya di balas dengan kejahatan yang sama?
Tuhan itu Maha Adil, Dia Maha Teliti, karena itu Dia lebih mengetahui balasan yang setimpal dengan kejahatan yang kita kerjakan.
Perbedaan sebuah cobaan dengan balasan kejahatan mungkin hanya manusia yang mengalami itu sendiri yang menginsyafi, namun barangkali kalau kita selami lebih dalam peringatan yang Tuhan berikan, maka tampaklah bahwa cobaan itu diberikan kepada orang-orang yang beriman, agar diuji keimanannya supaya semakin beriman seorang manusia itu.
Sedangkan balasan kejahatan adalah akibat perbuatan jahat manusia itu sendiri, sehingga sebagaimana kata Tuhan bahwa manusia itu suka ingkar. Maka kemungkinan besarnya balasan kejahatan itu kecil kemungkinannya merubah seseorang itu menjadi insyaf pada kejahatan-kejahatan yang pernah ia perbuat.
Tapi adakalanya kejahatan yang terselubung yang mungkin sekedar kata-kata yang tidak pada tempatnya, tidak sesuai dengan kondisi. Misalnya orang yang dituduh berbuat kejahatan, padahal ia hanyalah korban keadaan. Lalu datang seseorang yang lainnya justru menuduh dan menambah beban pikirannya, mungkin niat seorang ini baik ingin menasehati tetapi cara yang ia gunakan salah kaprah. Karena itu niat yang baik harus bersih dari prasangka dan emosi. Harus pula menimbang baik dan buruk cara penyampaian nasehat.
Karena kalau justru berakibat orang yang dinasehati justru semakin terperosok dan menjauh dari Tuhan. Si orang yang menasehati ini tidak bisa seenaknya lepas tangan dengan menuduh orang lain itu tidak mau bertobat.
Ingatlah Tuhan itu Maha Teliti, karena kalau akibat dari cara penyampaian yang salah, orang menjadi semakin tersesat semakin jatuh ke lembah nista, maka si orang yang memberi nasehat perlu menginsyafi kesalahan atau bahkan kejahatan yang ia lakukan tanpa sengaja karena kurang pertimbangan.
Tidak bisa dengan gampang menghindar dengan alasan dosa akibat kesalahan yang tidak disadari itu terhapus begitu saja.
Kalau sebuah kebaikan dijanjikan akan dibalas oleh Yang Maha Kuasa dengan sepuluh kebaikan, dan pertolongan (kebaikan) itu datang dari arah yang tidak di duga-duga.
Barangkali meski satu kali kejahatan dibalas satu kali, apakah semestinya di balas dengan kejahatan yang sama?
Tuhan itu Maha Adil, Dia Maha Teliti, karena itu Dia lebih mengetahui balasan yang setimpal dengan kejahatan yang kita kerjakan.
Perbedaan sebuah cobaan dengan balasan kejahatan mungkin hanya manusia yang mengalami itu sendiri yang menginsyafi, namun barangkali kalau kita selami lebih dalam peringatan yang Tuhan berikan, maka tampaklah bahwa cobaan itu diberikan kepada orang-orang yang beriman, agar diuji keimanannya supaya semakin beriman seorang manusia itu.
Sedangkan balasan kejahatan adalah akibat perbuatan jahat manusia itu sendiri, sehingga sebagaimana kata Tuhan bahwa manusia itu suka ingkar. Maka kemungkinan besarnya balasan kejahatan itu kecil kemungkinannya merubah seseorang itu menjadi insyaf pada kejahatan-kejahatan yang pernah ia perbuat.
Tapi adakalanya kejahatan yang terselubung yang mungkin sekedar kata-kata yang tidak pada tempatnya, tidak sesuai dengan kondisi. Misalnya orang yang dituduh berbuat kejahatan, padahal ia hanyalah korban keadaan. Lalu datang seseorang yang lainnya justru menuduh dan menambah beban pikirannya, mungkin niat seorang ini baik ingin menasehati tetapi cara yang ia gunakan salah kaprah. Karena itu niat yang baik harus bersih dari prasangka dan emosi. Harus pula menimbang baik dan buruk cara penyampaian nasehat.
Karena kalau justru berakibat orang yang dinasehati justru semakin terperosok dan menjauh dari Tuhan. Si orang yang menasehati ini tidak bisa seenaknya lepas tangan dengan menuduh orang lain itu tidak mau bertobat.
Ingatlah Tuhan itu Maha Teliti, karena kalau akibat dari cara penyampaian yang salah, orang menjadi semakin tersesat semakin jatuh ke lembah nista, maka si orang yang memberi nasehat perlu menginsyafi kesalahan atau bahkan kejahatan yang ia lakukan tanpa sengaja karena kurang pertimbangan.
Tidak bisa dengan gampang menghindar dengan alasan dosa akibat kesalahan yang tidak disadari itu terhapus begitu saja.
Comments