Skip to main content

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan.
Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran.
Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat.
Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam.
Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau yang mutlak dijadikan panutan.
Khalifah maupun pemuka agama dan para ulama hanya dapat mengikuti atau mencontoh beliau tetapi tidak akan dapat mencapai kemutlakan dalam bertindak dan berkata sebagaimana anugerah yang Allah bagi kepada Nabi.
Ulama adalah penerus nabi, tetapi mereka bukanlah Nabi.
Karena percik pemikiran mereka pun bukan sesuatu yang mutlak sepanjang masa. Pengkritisisasian terhadap pemikiran mereka tentu diperlukan agar tidak menjadi pemikiran yang beku dan hilang ditelan masa. Perbedaan yang harus dijaga dengan cara kritis Barat adalah dalam Islam senantiasa dianjurkan untuk 'berprasangka baik' dan 'amanah'.
Memang 'amar ma'ruf nahi munkar' adalah pedoman dalam mengkritisi kehidupan, tetapi landasan untuk melakukannya apalagi terhadap sesama muslim janganlah dilalaikan daripada sikap 'berprasangka baik' dan karena 'amanah'.
Saya bersyukur menemukan buku ini tanpa disengaja. Telah lama saya mencari-cari buku sederhana yang menguraikan filsafat barat dari segi keilmuan Islami, tanpa harus terjatuh kepada mutlak-mutlakkan mengkafirkan atau mensekulerkan pemikiran Barat.
Buku ini begitu sederhana, tetapi saya menyadari kesederhanaan ini karena sebelum ini telah melalui bacaan literatur filsafat yang rumit. Amin.

Comments

Sephire said…
mak...maksum? maksudnya??

Sunnah?

amar ma'ruf nahi munkar?? (di copy paste biar nga sala ketik)
Qim Karna said…
maksum itu kayak paus di vatikan dan imam di iran yg katanya tidak dapat berbuat dosa.

sunnah itu ada dua pengertian, kejadian alam adalah sunnahtulah Tuhan, artinya tsunami dan segala kejadian alam memang sudah berjalan sesuai kehendak TUhan, kabarnya dari penelitian geologi, kemungkinan sebagian pulau sumatera akan tenggelam. serem yah.

amar ma'ruf nahi mungkar itu mengajak kepada kebaikan dan memerangi/menjauhi angkara murka.

gitu neng. alaa itu ungkapan2 standar orang2 muslim.
Albakr Allatifi said…
Assallamualaikum,

Saudara masih aktif lagi mem=blog,
ingin saya menarik perhatian anda tentang kitab " qissatul iman".

Saya menemuinya pada hujung tahun 70an, benar sekali jalan karangan yang mudah di fahami tentang ada nya Allah SWT tuhan rabul jalil.

Saya ingin menayakan apa kesan dihati anda bila membacanya.
Qim Karna said…
Walaikum salam saudara senior,

Minta maaf sebab lama tak mengunjungi blog ini. Sekarang ini saya tengah mencari kembali buku ini. Terlupa letak kat mana buku ini. Teringin untuk membaca semula, sebab buku ini ialah pengantar jalan bagi saya mengenal filosof klasik barat.

Popular posts from this blog

...kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. 17:16) Indonesia . Negeriku tercinta. Sudahkah tiba waktunya untuk bangkit (menjadi sadar kembali) dari tidur panjangnya? Surah Al Israa’ ayat 16 itu benar-benar sesuai mencerminkan keadaan negeri kita ini. Tidakkah kita dengar berbagai perbincangan, diskusi dan debat di berbagai media tentang kebangkitan nasional, kebangkitan bangsa, dan kebangkitan harga diri manusia Indonesia ? Namun adakah kita dengar sejurus tentang kebangkitan ‘akhlak’ didengungkan oleh sesiapa (yang bukan penceramah agama)? Adakah kita berbicara tentang kembali kepada fitrah manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan? Akh, itu omong kosong saja. Mungkin dianggap naif, dengan melih...

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju...

Kejadian Alam-kah yang akan menyatukan umat manusia?

Akhir-akhir ini setiap ujung tahun kita selalu menanti dengan was-was, kejadian alam apa lagi yang akan mengakibatkan bencana bagi manusia? Dimana akan terjadi? Berapa banyak lagi korban yang akan jatuh? Saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah ajakan-ajakan peperangan yang terjadi di luar sana akan berhenti apabila bencana alam melanda mereka yang mengajak berperang itu? Ataukah mereka akan meneruskan propaganda perang dengan alasan keselamatan umat manusia? Tapi begitulah manusia adanya, tidak mau mengalah walaupun sudah kalah dan akan kalah. Semua kejadian di dunia ini seperti sudah tertulis dengan sendirinya. Berkenaan dengan sifat dan sikap manusia yang makin lama makin buruk, saling menikam, saling tak acuh, saling curiga, memang menyesakkan dan membuat capek. Tapi itulah kenyataannya, dan secara bersamaan juga sunatullah alam yang sudah digariskan berjalan. Perubahan alam, gempa bumi, retakan kerak bumi, pergeseran lempeng bumi, es mencair, gunung meletus, semuanya...