Skip to main content

Tentang tjergam: Novel grafis asli Indonesia.

…tentang tjergam: sebuah pledoi.

Percaya tidak percaya, pledoi ini datang dari sebuah ketidakpedulian, kesuuntukan dan ke-isengan belaka. Dengan keisengan itu sengaja diajukan disini sebuah argumen bahwa:
"TJERGAM = GRAPHIC NOVEL = BANDE DESINEE"

Komik menurut Thierry Groensteen, oleh Claude Beylie (1964) dan Francis Laccasin (1971) dan koleganya diperkenalkan sebagai `seni ke-sembilan', sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan komik ke dalam wacana senirupa, yaitu senirupa kesembilan, terserah tak menjadi soal siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan. Urutan bukan menjadi masalahnya, karena komik dikonotasikan sebagai seni kesembilan, itu saja.

Sedikit pengulangan kembali, sebagaimana sudah diketahui (tp belum secara umum), bahwa menurut pengamat budaya, Arswendo Atmowiloto (1980-an di jurnal Kebudayaan), pernah menyebutkan bahwa lahirnya akronim `Tjergam' yang menjadi istilah komik klasik di indonesia berasal dari `Tjerita berGambar', yang konon katanya dikreasikan untuk `menghaluskan' istilah serapan `komik' (comics) dari bahasa asing, yang pada masa itu mempunyai reputasi buruk. Mungkin komikus, eh, cergamis era itu lebih tahu soal kehadiran komik2 yg banyak mengandungi pornografi dan pornoaksi.
Tjergam diusulkan oleh seorang cergamis sendiri, bernama Zam Nuldyn. Mengenai dimana, kapan, dan bagaimana akhirnya istilah cergam bisa meluas dan diterima, masih diperlukan penelitian historis yang lebih mendalam, sehingga kartunis T.Sutanto di pertajam menjadi hanya Cerita Gambar.

Mirip, senada dengan kemunculan istilah novel grafis (graphic novel), ada sebuah pendapat mengatakan bahwa `Novel grafis menandakan sebuah gerakan (movement) daripada sebuah bentuk (form), karena itu dalam manifestonya ini, Eddie Campbell (komikus From Hell) menyatakan tujuan gerakan ini adalah mengambil bentuk daripada buku komik, yang menimbulkan perasaan malu-malu (mengaku baca komik bagi orang dewasa kadang menimbulkan perasaan malu), lalu mengangkat martabat komik ke tingkatan yang lebih ambisius dan kaya makna. Reputasi yang kurang baik yang pernah terjadi pada komik di masa lahirnya istilah cergam, mungkin tidak bisa disamakan begitu saja dengan keadaan komik yang menimbulkan perasaan malu di amerika sana, tapi upaya menubuhkan sebuah label atau nama baru untuk komik adalah sebuah kebetulan yang nyaris tidak terlalu berbeda terjadinya.

Kalaulah ditilik dari format panel maka cergam sangat dekat dengan komik strip, mungkin karena pengaruh komik2 strip eropa, tentunya akibat kolonialisme Belanda, karenanya cergam dekat dengan istilah `bande dessinee'. Dari narasi visualnya, penuturan cergam pun mendekati cara narasi novel grafis.

CERITA BERGAMBAR (ZAM NULDYN) / NOVEL BERGAMBAR (TEGUH SANTOSA)
NOUVELLE MANGA (FREDERIC BOILET)
PICTURE STORIES (RODOLPHE TOPFFER)/ PICTURE NOVELLA (DRAKE WALLER)
PICTORIAL NARRATIVES (LYND WARD)

ILLUSTORIES (CHARLES BIRO)
PICTO-FICTION (BILL GAINE)
SEQUENTIAL ART (WILL EISNER)
GRAPHIC NOVEL

Akronim Cergam, menurut Marcell Boneff ialah mengikuti/meniru istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan, dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya.

Cergam sebagaimana komik yang lebih renyah penyebutannya di lidah dan rahang mulut kita sekarang ini, tentu tidak terlepas daripada `gambar' dan `cerita'. Selalunya cerita dikaitkan dengan bentuk `tekstual', karena itu argumen komik adalah gambar yang bercerita tentu benar belaka.
Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Laccasin sebagai sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu keharusan karena ada unsur `strip' atau `sekuens' yang boleh dipertimbangkan sebagai jati diri komik lainnya, atau unsur `sekuensial' yang mengikuti dan membentuk narasi cerita.

Jadi, di dalam komik selalu ada unsur narasi atau penuturan, teks cerita hadir di dalam penceritaan gambar-gambar yang berkesinambungan. Cerita tidak harus lagi berupa tekstual berupa tulisan yang bercerita(bertutur).
Karena itu istilah komik klasik indonesia yaitu Cergam, ceritabergambar, cerita tak lagi harus dipingitkan dengan teks tertulis (verbal), tapi didekatkan kepada narasi atau bercerita, dalam pahaman Eisner disebutlah graphic narration (film & komik).
Istilah cergam menurut sebagian orang tidaklah perlu diangkat ungkit kembali, tetapi sebagai sebuah olah kraetifitas di dunia komik indonesia yang pernah tercatat dalam sejarah, ada baiknya tidak dilupakan begitu saja, karena meski hanya sebuah istilah kecil yang tidak begitu berarti, tetapi tetaplah ia merupakan khazanah intelektual yang pernah disumbangkan oleh cergamis atau komikus Indonesia.

Ada pernyataan menarik dari Prof. Makino dari Dept. Komik Universitas Kyoto Seika, sebagaimana dikutip dalam Martabak Keliling Komik Dunia, berkaitan dengan komik dan animasi jepang,"… yang kami buat adalah gambaran kebiasaan dan budaya kami apa adanya." Ungkapan ini dalam tafsiran saya, menunjukkan bagaimana komik dan animasi jepang membangun dan mencapai orisinalitas seniman2nya dalam berkarya. Dalam ungkapan singkatnya itu, sang professor nampaknya merujuk komik dan animasi sebagai gambaran mentalitas bangsa jepang sebagai sebuah bentuk kajian sosio-kultural.

Dua tafsiran tersebut di atas, orisinalitas atau keaslian dan gambaran mentalitas itulah yang membuat Marceel Boneff tertarik meneliti komik Indonesia selama lebih kurang 7 tahun (terjadi empatpuluhan tahun yg lampau). Sebagaimana ia ungkapkan dalam pendahuluan disertasinya, bahwa ia memilih komik di indonesia sebagai pokok kajian dari sudut sosiologis dan psikologis adalah karena :
1) keasliannya yang begitu penting
2) memahami mentalitas bangsa indonesia

Dahulu komik2 indonesia tidak berhasil menembus toko-toko buku besar, tetapi khazanah yang terlahir cukup produktif dan layak menjadi kajian. Kebalikan yang terjadi sekarang adalah komik2 indonesia cukup berhasil masuk ke toko-toko buku besar, tetapi untuk menjadi sebuah bahan kajian masih perlu diperjuangkan baik dari segi kuantitas apalagi kualitas. Perjalanan memperjuangkan komik baru saja dimulai, masih jauh panggang dari api, api yang ada pun masih tapi dalam sekam yang perlu di kipas-kipas terus.

Comments

azhar said…
WHOAAA...

it looks longg...hope i can understand it..

will come back to read ur article here..

btw...tinggal berapa semester lg di UiTM Karna?

cheers
Qim Karna said…
ah, i forgot to tell u, i've finished my master last april. now, i'm pursuing my doctorate.
mungkin nak ambik topic pasal social function of comics. mungkin case study relationship antara majalah komik ngan pembaca.
kemarin member dari jakarta datang kejap, so saya hanya sempat bawa diorang kat karangkraf, jumpa ngan gayour and kekawan di comics division

Popular posts from this blog

Mencuri

Seringkali kita terburu-buru dalam solat, terlebih lagi selalu jadi kebiasaan saat ruku' dan sujud bacaan memuji kesucian dan ketinggian Allah malah cepat dan kurang dihayati. Rasulullah sudah pernah menasihatkan bahwa yang dimaksud dengan mencuri di waktu solat adalah orang yang ruku' dan sujud-nya tidak sempurna. Ketergesa-gesaan dalam bacaan ruku' dan sujud, barangkali termasuk 'mencuri' juga. Hikmah dari nasihat ini kupikir berkaitan dengan kehidupan. Orang yang menyia-nyiakan hidupnya adalah orang yang mengabaikan atau kurang memperhatikan pekerjaan-pekerjaan kecil. Seperti dalam solat, bacaan ruku' dan sujud adalah yang paling ringkas dan sederhana, tetapi seringkali kita teledor dalam melakukannya. Dalam hidup ini kita suka mengejar hal yang besar-besar dan meremehkan kesempurnaan dalam mengerjakan hal-hal sederhana. Kalau memang itu kita lakukan, perlulah kiranya kita untuk mawas diri dan cepat menyadarinya sebelum akhirnya kita menyesal telah melakukan ...

menjadi muslim ideal, mencari kesempurnaan islam

National Geogarphic baru-baru ini menurunkan artikel tentang Islam di Indonesia. Kadang kala terpikir juga, apakah para Islam fundamentalis hidup berbahagia dengan segala keketatan aturan hidupnya yang diklaim mengikut kesempurnaan ajaran Islam dengan menjalankan hukum Allah. Kalau ditanya secara langsung pasti jawabannya adalah iya, tanpa ada keraguan terlintas. Seperti apakah idealnya penerapan hukum Islam di Indonesia yang notabene nyaris 90% penduduknya adalah muslim. Indikasi bahwa Indonesia seharusnya berlandaskan hukum Islam sebenarnya sangat kuat, sayangnya, apakah kalau dilaksanakan suatu referendum nasional untuk memungut suara mayoritas umat Islam saja akan diperolehi kenyataan yang sama? Saya tidak punya kapasitas untuk menduga-duga hasil yang mungkin muncul dari situ. Tapi untuk membayangkan sebuah Indonesia yang islami saja sudah sangat berat, mengingat mentalitas bangsa, visi dan misi kebangsaan yang sudah cukup porak-poranda akibat ketidakbecusan pemerintahan di masa la...

Osamu Tezuka and The Heart of Manga

Pada awalnya di Jepang, komik secara umum di kenal dalam dua bentuk, yaitu ‘manga’ dan ‘gekiga’. Manga sebagai model komik yang mendapat pengaruh dari masuknya kartun-kartun eropa dan amerika generasi awal, yang muncul terlebih dahulu menjadi sedemikian populernya sehingga menjadi role model dalam membuat komik. Kemapanan ini menimbulkan pergerakan dari pinggiran, anak-anak muda banyak yang menginginkan perubahan dan mencari bentuk-bentuk baru. Muncullah ‘gekiga’ yang secara harfiah bertolak belakang dengan ‘manga’ secara umum pada masa itu. Gekiga mengambil sudut pandang realisme-sosial yang menggunakan pendekatan yang lebih dramatis dan moody, tetapi biasanya penuh aksi laga yang menyangkut kondisi masyarakat pinggiran yang keras. Begitulah sekilas tentang ‘manga’ dan ‘gekiga’ sebagai rival yang saling menyeimbangkan, sebelum akhirnya muncul sebuah nama yang secara tak langsung menyatukan kualitas kedua bentuk komik Jepang tersebut, yaitu Osamu Tezuka, sang ‘Manga no Kamisama’ atau ‘...