Skip to main content

An Old Version of A Not So New Before Beginning

Sepertinya sudah tiba waktunya bagiku untuk menulis blog ini kembali.
Kembali go-blog setelah sekian lama vakum, tiga, empat tahun lamanya.

Dan sepertinya sekarang ini semuanya dibuat serba buram, serba abu-abu. Lalu orang-orang, ya itu, kita, kamu, dia dan mereka, semua disuruh pinter-pinter memilih sendiri abu-abu buram mana satu yang disukai, atau paling engga mendekati yang disukai, kalaupun tidak, ya, mendekati yang paling tidak disukai.... sedikit.
Maka Jadilah.

Baru saja aku baca sebuah novel jawara ibukota tahun lalu yang sudah men-tiga, seperti mentega rasanya. Cerita yang absurd, dengan tokohnya yang benda mati dihidupkan, serta pengembaraan metaforis kesana kemari tak jelas juntrungan.
Tapi, itu novel jawara. Sekali lagi jawara, seorang penulis blog picisan macam saya ini, harus berendah hati, jangan seperti Aku yang sok tinggi hati memahami seisi dunia.

Hampir setiap hari dalam perjalanan menyusuri jalanan ibukota sekedar singgah ke tempat kerja lalu berleha-leha, berpikir, memikirkan yang orang lain tak pikirkan. Tentu saja, buat apa orang lain memikirkan pikiran Anda.
Tapi, seusai solat, ternyata kebanyakan manusia Indonesia dewasa ini sibuk dengan memikirkan apa yang dipikirkan orang lain. Tentang apa saja. Apa yang ada dalam pikiran si anu ketika melihat anunya anu menganukan keanu-anuan anunya anu.

Popular posts from this blog

Kejadian Alam-kah yang akan menyatukan umat manusia?

Akhir-akhir ini setiap ujung tahun kita selalu menanti dengan was-was, kejadian alam apa lagi yang akan mengakibatkan bencana bagi manusia? Dimana akan terjadi? Berapa banyak lagi korban yang akan jatuh? Saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah ajakan-ajakan peperangan yang terjadi di luar sana akan berhenti apabila bencana alam melanda mereka yang mengajak berperang itu? Ataukah mereka akan meneruskan propaganda perang dengan alasan keselamatan umat manusia? Tapi begitulah manusia adanya, tidak mau mengalah walaupun sudah kalah dan akan kalah. Semua kejadian di dunia ini seperti sudah tertulis dengan sendirinya. Berkenaan dengan sifat dan sikap manusia yang makin lama makin buruk, saling menikam, saling tak acuh, saling curiga, memang menyesakkan dan membuat capek. Tapi itulah kenyataannya, dan secara bersamaan juga sunatullah alam yang sudah digariskan berjalan. Perubahan alam, gempa bumi, retakan kerak bumi, pergeseran lempeng bumi, es mencair, gunung meletus, semuanya...

ketika seseorang tiada berdaya

Ketika orang tak berdaya, dan ia tak punya tempat untuk berpaling memohon pertolongan, sedangkan hatinya t’lah melupakan Sang Khaliq maka kekerasan adalah jalan pintas untuk membalas. Ketika pertolongan yang diharapkan tak kunjung tiba sedangkan jiwa seseorang itu tak mampu lagi menarik hikmah dari kejadian yang menimpa dirinya, maka sekali lagi kekerasan adalah jalan pintasnya. Si Miskin yang miskin harta sekaligus miskin jiwanya berjumpa dengan Si Kaya yang kaya harta tapi miskin jiwanya seperti Si Miskin. Si Miskin berburuk sangka, demikian pula Si Kaya berburuk sangka pula. Si Miskin karena kemiskinannya berpikir Si Kaya-lah penyebab kemiskinan-kemiskinan di dunia. Si Miskin yang karena kemiskinannya kurang makan ditambah pula miskin jiwanya pada akhirnya menjadi bermalas-malasan. Sedangkan Si Kaya karena kesuksesannya menjadi lahap makan tak kenyang-kenyang, enak kurang enak, sedap kurang sedap, sementara jiwanya tetap kosong kelaparan pada akhirnya menjadi bermalas-malasan ju...

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...