Skip to main content

An Old Version of A Not So New Before Beginning

Sepertinya sudah tiba waktunya bagiku untuk menulis blog ini kembali.
Kembali go-blog setelah sekian lama vakum, tiga, empat tahun lamanya.

Dan sepertinya sekarang ini semuanya dibuat serba buram, serba abu-abu. Lalu orang-orang, ya itu, kita, kamu, dia dan mereka, semua disuruh pinter-pinter memilih sendiri abu-abu buram mana satu yang disukai, atau paling engga mendekati yang disukai, kalaupun tidak, ya, mendekati yang paling tidak disukai.... sedikit.
Maka Jadilah.

Baru saja aku baca sebuah novel jawara ibukota tahun lalu yang sudah men-tiga, seperti mentega rasanya. Cerita yang absurd, dengan tokohnya yang benda mati dihidupkan, serta pengembaraan metaforis kesana kemari tak jelas juntrungan.
Tapi, itu novel jawara. Sekali lagi jawara, seorang penulis blog picisan macam saya ini, harus berendah hati, jangan seperti Aku yang sok tinggi hati memahami seisi dunia.

Hampir setiap hari dalam perjalanan menyusuri jalanan ibukota sekedar singgah ke tempat kerja lalu berleha-leha, berpikir, memikirkan yang orang lain tak pikirkan. Tentu saja, buat apa orang lain memikirkan pikiran Anda.
Tapi, seusai solat, ternyata kebanyakan manusia Indonesia dewasa ini sibuk dengan memikirkan apa yang dipikirkan orang lain. Tentang apa saja. Apa yang ada dalam pikiran si anu ketika melihat anunya anu menganukan keanu-anuan anunya anu.

Popular posts from this blog

Qissatul Iman: Kisah Mencari Tuhan

Buku ini di tulis oleh Syekh Nadim Aj-Jisr, berupa uraian percakapn teologis-filosofis tentang wujud Tuhan. Wujud Tuhan dalam pengertian disini bukan wujud dalm bentuk 'shape' atau 'form', tetapi wujud keberadaannya di alam semesta, terutama dalam wujud abstraksi pemikiran. Perbedaan yang semakin menjurang antara pemikir dan pemikiran Islam dan Barat adalah diakibatkan dari di satu pihak kejumudan umat Islam terhadap pemikiran tertentu, dan kebebasan ekstrim dalam berpikir di pihak pemikir/pemikiran Barat. Satu-satunya manusia dan juga nabi yang diberi predikat maksum hanyalah Muhammad Rasullullah s.a.w, sebagaimana yang diimani oleh umat islam. Karena ajaran yang dibawanya bukan berasal dari pemikiran pribadi, tetapi diturunkan oleh Allah S.W.T kepada beliau. Percik pemikiran pribadinya dapat dilihat melalui tingkah laku dan perkataan yang disebut Sunnah nabi. Hanya nabi yang senantiasi dilindungi dari kesalahan dan kesia-siaan perbuatan oleh Allah, hanya beliau ya...

...kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. 17:16) Indonesia . Negeriku tercinta. Sudahkah tiba waktunya untuk bangkit (menjadi sadar kembali) dari tidur panjangnya? Surah Al Israa’ ayat 16 itu benar-benar sesuai mencerminkan keadaan negeri kita ini. Tidakkah kita dengar berbagai perbincangan, diskusi dan debat di berbagai media tentang kebangkitan nasional, kebangkitan bangsa, dan kebangkitan harga diri manusia Indonesia ? Namun adakah kita dengar sejurus tentang kebangkitan ‘akhlak’ didengungkan oleh sesiapa (yang bukan penceramah agama)? Adakah kita berbicara tentang kembali kepada fitrah manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan? Akh, itu omong kosong saja. Mungkin dianggap naif, dengan melih...

Yang terbedakan dan yang terpisahkan

Terdapat sebuah negeri yang sebahagiannya tercantum dengan dihujung benua yang lebih besar dari dirinya, dan sebahagian lagi terpecah-cacah dalam bilangan pulau berpulau. Kepulauan yang dahulunya di kenal 'N'. Bahagian negeri yang berada di kepulauan secara sunatullah melindungi negeri yang tercantum dengan di hujung benua. Dahulu kala manusia-manusia berbondong berlabuh ke berbagai belahan negeri ini. Berbagai bangsa dari negeri-negeri yang jauh menyatu dan menciptakan bangsa yang baru. Setelah sekian ribu tahun terpisah dari moyangnya, bangsa ini lupa pada asal-usul dirinya, manakala bangsa-bangsa dari negeri-negeri jauh itu kembali mendatangi mereka. Bangsa baru ini cenderung mudah berpecah-belah, sehingga kini negeri yang berada di hujung benua dan negeri yang berada di kepulauan bergaduh satu sama lain. Mereka menyebut negeri mereka yang satu 'I' dan satunya lagi 'M'. Negeri yang satu telah kurun zaman berzaman melahirkan beragam budaya dan kerajaan sehingg...