Skip to main content

Seorang Umat yang Belajar menjadi Muslim 20

Sekarang ini semakin ramai orang yang membaca dan mengambil fakta di sana-sini, tetapi tidak menyadari bahwa apa yang dinamakan fakta dan apa yang sebenarnya dibaca olehnya. Berikut ini adalah penggalan kisah yang sering dijadikan rujukan tentang masalah pertemanan seorang muslim dan non-muslim. Saya mengopi-paste dari situs di internet dan dengan sengaja tidak mencatatkan narasumber-nya hanya link ini: http://ruslihasbi.wordpress.com/hikmah/r/

------------------------------------

Mengangkat Pembantu

Jangankan untuk menjadi pemimpin, untuk menjadi pembantu pun peluang seorang Yahudi dan Nasrahi patut dipertanyakan. Dari ‘Ayyadh diceritakan bahwa Saidina Umar Ra memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari (sahabat Nabi) untuk memberikan laporan tentang apa yang telah diambil dan diberikan oleh rakyat. Wakana lahu katib nasrani.. Abi Musa mempunyai seorang sekretaris yang beragama Nasrani. Farafa’a ilaihi… kemudian Abu Musa menyuruh sekretarisnya untuk membacakan isi laporan. Laporan tersebut ternyata sangat detil dan teliti. Umar r.a. yang tidak mengetahui status agama yang dianut oleh sekretaris tersebut menjadi kagum dan berkata, “inna haza lahafidz” ini memang jujur sekali. Kemudian Umar berkata, “Hal anta qori’ lana kitaban fil masjid ja-a min Syam?” Umar menawarkan kepada sektretaris tersebut untuk membacakan di dalam masjid sebuah surat yang baru saja tiba dari Syam (Suriah).

Namun Abu Musa menyela dengan mengatakan bahwa seketretaris tersebut tidak bisa membacakan surat tersebut di Masjid. Lalu Umar bertanya kenapa. Apakah karena ia berjunub sehingga tidak bisa masuk masjid? Faqala la bal nasrani.. “dia tidak berjunub, tetapi dia seorang Nasrani”. Saidina Umar langsung marah dan memukul paha Abi Musa. tsumma qala akhrijuhu, kata saidina Umar, “keluarkan Nasrani itu dari sini!”

Di sini kita pahami bahwa masalah pemilihan sosok pemimpin (dan pembantu – red) adalah masalah sensitif yang perlu kehati-hatian. Jangan sampai kita diatur oleh orang-orang yang telah jelas-jelas perannya bagi umat Islam dilarang oleh Allah SWT.
------------------------------------

Penulis diatas tampak dari situs jaringannya adalah seseorang yang terlihat arif dalam bidang dakwah. Tetapi kisah Imam Umar r.a tersebut dimaknai secara induktif sehingga melupakan dalam konteks apakah berita ini diwartakan.


Kita coba untuk membacanya dengan sedikit jernih bahwa Imam Umar r.a memberi perintah kepada:

"Abu Musa Al Asy’ari (sahabat Nabi) untuk memberikan laporan tentang apa yang telah diambil dan diberikan oleh rakyat."

Secara kontekstual kita dapat mengasumsikan bahwa yang sedang diwartakan ini berkaitan dengan 'rahasia' pemerintahan yang sedang dipimpin oleh khalifah Imam Umar r.a.

Kemudian ditambahkan lagi kejadian berikut ini:

"Umar menawarkan kepada sektretaris tersebut untuk membacakan di dalam masjid sebuah surat yang baru saja tiba dari Syam (Suriah)."

Begitu pula hal ini, tentunya surat tersebut mempunyai tingkat kerahasiaan yang lebih tinggi, mustahil khalifah Imam Umar r.a akan membiarkan yang bukan muslim terpercaya untuk membacanya.

Tingkat kehati-hatian dalam kondisi seperti diwartakan diatas tentu berbeda dengan kondisi keseharian kita saat ini. Dan mengambil kesimpulan sepotong kisah yang terjadi di masa Khalifah Imam Umar r.a kemudian mengeneralisirnya untuk semua keadaan tentunya bukanlah suatu tindakan yang bijak apalagi benar.

Wallahualam.

Popular posts from this blog

Kapitalisasi Perguruan Tinggi: Pendidikan dan Profesi Tanpa Masa Depan

 [draft]  Logika kapitalisnya kira2 begini: ada tren PTSpts menurunkan std renumerasi dosen, tp std gelar naik ke S3. Lalu, dengan Negara mensubsidi konon kesejahteraan dosen melalui insentif jafung, serdos, dan hibah2 riset, abdimas, maka dgn jaminan dosen2 S2/S3, maka PTSpts menaikkan std intake spp, namun...Renumerasi pokok dosen diturunkan, dgn logika dosen2 mengurus administrasi dan memenuhi syarat2 BKD PAK dsbnya, akan mendapatkan insentif2 tsb diatas. Sehingga menghemat pengeluaran2 utk menggaji dosen2.Kita belum bicara soal kapitalisasi dan dominasi scopus indeksasi jurnal. Indonesia yg begitu besar dan luas, mungkin bakal kalah rankingnya QS, dll ,  sekejap lagi dgn Brunei.

Beberapa Hal dan Sesuatu yang Tak Penting

N iat baik dan ketulusan tidak serta merta akan tampak pada wajah dan perbuatan kita, karena terdapat 'kacamata' persepsi yang menggantang di mata tiap-tiap orang yang memandang. Maksud hati memberikan contoh melalui mata perkuliahan yang diampu rekan mengajar, supaya dibantu dengan tanpa kerja ekstra melainkan memakai kembali yang dilakukan rekan pembelajar dalam kelas. Namun, cara pandang dari rekan dosen ini justru membaca tindakan tersebut sebagai curi kesempatan memanfaatkan pembelajar dan kelasnya untuk kepentingan pribadi penulis yang notabene adalah atasannya yang berharap belas kasih simbiosis mutualis. Akhirnya memang kembali kepada sikap moral masing-masing. Kalau memang hidupnya sudah dinaungi oleh cara memandang dan bersikap antisipasi dan penuh kehati-hatian, serta syak-wasangka, maka upaya apapun yang kita lakukan dari luar akan penuh pengorbanan. Apakah pengorbanan itu layak dan perlu untuk kita lakukan. Kalaulah masih ada cara lain, maka tinggalkan saja, karena

Seorang Umat yang Belajar Menjadi Muslim 21

 Kalau Anda punya masalah moralitas, jangan menjadikan 'postingan' tentang keagamaan-mu sebagai wujud permisif atas dosa moralitas yang sedang kamu coba tutupi. Perbaiki kesalahan dan bertobat dari kesalahan itu, bukan dengan memamerkan keberimanan Anda pada khalayak, sebagai bentuk pertobatanmu yang justru menunjukkan keangkuhan diri.