Memasuki bulan ramadhan, selalunya kita dengar bahwa 'Ramadhan' adalah tamu, sesuatu yang terdengar klise dan klasik. Padahal kalau dipikir-pikir sebenarnya kitalah yang menjadi tamu Allah dan Allah SWT menyediakan ruang tamu itu di bulan Ramadhan (yang terberkati ini). Dimana-mana ustadz dan ustadzah berlomba-lomba memberikan ceramah agama, sayangnya masih lebih banyak yang tenggelam dalam ucapan-ucapan bersifat klise, protokoler, dan seremonial tanpa kesungguhan yang datang dari dalam, dari pengalaman atau dari pemahaman dari pembacaan. Kemunduran secara material umat Islam saat ini seringkali disalahkan akibat kemunduran moral keagamaan umat Islam itu sendiri dan ini sering dilimpahkan kesalahannya pada umat semata. Kekalahan ini adalah akibat dari dalam diri umat Islam sendiri, seorang penceramah agama berkata tanpa merinci siapakah umat Islam itu, dan apakah ustadz/dzah dan ulama itu termasuk di dalamnya atau tidak? Para penceramah agama seringkali hanya mengulang-ul...
its a place for me to do contemplation on the creation of 'thien' and 'earth'. Mengingat Dia saat berdiri, duduk maupun berbaring dan merenungkan tentang adanya langit dan bumi. (rujukan Surah Ali Imran ayat 191-192) Demikianlah manusia yang tidak mensia-siakan akal untuk berpikir yang telah diberikan oleh Sang Khaliq.