(00000)
Penulis menyukai filsafat, anthropologi, seni, budaya, sosial, psikologi dan sedikit politik. Tapi yang paling membahagiakan adalah ketika menemukan semua benang merah dari pengetahuan yang penulis sukai itu tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawakan oleh Islam. Mulanya banyak sekali pertentangan yang dijumpai ketika mempelajarinya, namun setelah penulis serius mengetahui lebih dalam sedikit, terlihatlah hal-hal tak terduga yang menambah keyakinan penulis bahwa ajaran Islam sangat tidak mungkin menarik diri dari pergulatan dunia, tidak mungkin terseret arus duniawi, dan sangat tidak mungkin bermusuhan atau memusuhi ilmu pengetahuan dunia. Bagaimana dengan akhirat? Adalah tidak mungkin pula kemunduran peran uamt Islam dalam duniawi menunjukkan pencapaian kehidupan akhirat yang lebih baik, karena Allah sudah berikan bukti nyata dengan kesuksesan Islam di tangan Rasulullah dan para Sahabat, dimana Islam memberikan sumbangan peradaban nyata bagi dunia yang hingga sekarang masih menjadi sumber inspirasi manusia, sementara itu secara akhlak dan pencapaian untuk akhirat juga yang terbaik.
Ketika arti ’kemajuan’ dipertanyakan, yaitu ketika modernisme dipertanyakan karena ternyata modernisme mengakibatkan ’kemajuan’ yang semu, maka disitulah ajaran Islam telah menunjukkan arti ’maju’ yang sebenarnya. Islam menganjurkan dengan sangat supaya manusia bekerja seolah-olah akan hidup selamanya dan beribadah seolah-olah akan mati esok hari. Inilah yang penulis rasakan sebagai anjuran untuk ’maju’ yang sebenarnya. Disitu penulis menemukan pemahaman yang sangat pribadi bahwa ’tawakal’ adalah kunci menuju ’kemajuan’.
Sebelum filsafat menjadi sebuah ilmu yang digandrungi, Islam telah memulai Ushul Fiqh sebagai dasar pikir. Sebelum hermeneutika dianggap penting, Islam telah mengembangkan ilmu Tafsir. Sebelum interpretasi menjadi hal yang dianggap individual, Islam telah menganjurkan umatnya untuk ber-ijtihad. Sebelum dekonstruksi menjadi populer, Islam telah membiasakan manusia dengan membaca Quran yang tidak beturutan secara harfiah. Sebelum seni abstrak dipahami, seni islam telah mengarahkan umatnya untuk mempelajari kesempurnaan abstrak geometris. Sebelum kontrak sosial menjadi dasar hubungan negara dan rakyat modern dibangun, ajaran islam sudah menjadikannya sebuah kewajiban sebagaimana ditunjukkan oleh khalifah Umar r.a. Sebelum demokrasi menjadi kembang politik dunia, dan musyawarah hanya bersifat semu, Rasulullah telah menunjukkan ’demokrasi’ yang sesungguhnya. Berikutnya dilanjutkan oleh para Sahabat sebagai Khalifah sebelum akhirnya beralih menjadi ’kerajaan’. Sistem ke-Khalifah-an ini adalah sejatinya bentuk yang kita kenal sekarang sebagai ’demokrasi’. Islam sudah membuat perincian pengaturan zakat yang secara sederhana sangat demokratis, dimana yang kaya memberi kepada si miskin, yang berpunya membagikan kepada yang kekurangan, semua wajib memberi, dan semua berhak menerima, sehingga yang paling miskin dan paling tidak berpunya sajalah yang punya hak menerima tapi tidak wajib memberi. Ajaran Islam bersifat makro hingga mikro.
Manusia mudah lupa, karena itu dalam Quran berkali-kali diingatkan kembali. Manusia suka mengabaikan hal-hal kecil, karena itu Sunatullah memperhatikan hal-hal yang kecil itu.Demikian juga penulis ini yang mudah lupa dan suka mengabaikan, karena itu dengan niat dan ijtihad menulis ini, insyaAllah, membantu penulis untuk mengingatkan dirinya sendiri juga dari kesesatan.
Comments